Revolusi Energi: Shale Gas

Rate this post

Temperatur global meningkat secara signifikan dalam dua dekade terakhir. Hal ini telah menyebabkan ganguan cuaca yang luas dan pola cuaca yang tidak menentu, yang mengakibatkan salju tipis turun di Mesir dan Vietnam, dan lebih parah lagi, mendatangkan Super Taifun Haiyan yang memporak-porandakan kota Tacloban, Filipina.

Permukaan air laut dunia juga naik dengan perkiraan 4 sampai 8 inci dalam satu abad terakhir dan diramalkan akan bertambah tinggi 10 hingga 23 inci lagi pada tahun 2100. Mengingat sekitar 40 juta orang Indonesia tinggal hanya sekitar 10 meter dari garis pantai, hal ini dapat membahayakan kehidupan mereka.

Perubahan iklim juga mempengaruhi peternakan dan membahayakan suplai makanan. Panas yang berlebihan akan berakibat buruk bagi tingkat kesuburan hewan dan produksi susu, serta meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Keasaman laut yang lebih tinggi, kandungan oksigen yang berkurang, peningkatkan suhu dan polusi juga membahayakan persediaan ikan global dan merusak kemampuan reproduksi ikan.

Padi, yang merupakan penghasil bahan makanan pokok Asia, juga dapat terpengaruh secara dramatis oleh musim hujan yang terlambat. Hasil panenan yang buruk akan menimbukkan kelangkaan bahan makanan. Kesehatan manusia akan ikut terpengaruh sebagai akibat meningkatnya kasus bronkitis kronis, asma, dan infeksi saluran pernapasan.

Respons global yang terkoordinasi menghadapi perubahan iklim mulai melambat. Sebuah laporan oleh International Energy Authority menyatakan, meskipun negara ekonomi maju mengurangi emisi mereka menjadi nol, aksi yang lebih keras tetap dibutuhkan dari negara maju yang bertanggungjawab atas setengah dari emisi.

Guna memerangi perubahan iklim, sejumlah dana dengan nilai yang memecahkan rekor telah disediakan untuk mendapatkan jalan keluar. Hal ini mendorong lebih jauh tumbuhnya industri energi terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang datang dari sumber-sumber yang secara alamiah dapat diperbaharui.

Saat ini 16% konsumsi energi global berasal dari sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Ada kebutuhan yang terus tumbuh akan masa depan yang berkelanjutan, yang bersandar kepada penggunaan energi yang terbarukan. Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga penghasil panas bumi di dunia. Indonesia telah menetapkan target yang tinggi untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, menjadi 25% pada 2025, lebih tinggi 17% dari target yang ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional pada 2006.

Melalui pemanfaatan energi yang terbarukan, Indonesia akan menikmati tingkat kesehatan yang lebih tinggi karena turunnya kadar karbon dioksida, nitrogen oksida dan senyawa organik yang labil. Berkurangnya polusi udara akan menyebabkan air lebih bersih, penderita bronkitis kronis dan asma berkurang, serta risiko kanker menurun.

Peningkatan pemanfaatan energi yang terbarukan akan meningkatkan kebebasan energi negara dan mengurangi belanja fiskal dengan menurunkan impor minyak dan memperkecil subsidi bahan bakar. Pada 2008, hanya 66% dari orang Indonesia yang memiliki akses ke jaringan listrik.

Penggunaan energi yang terbarukan dapat meningkatkan angka ini, terutama pada komunitas-komunitas yang terisolasi dan jauh dari pusat kota. Ini juga akan mendorong penciptaan peluang kerja, karena tentu akan dibutuhkan para pekerja Indonesia untuk menjalankan dan mengoperasikan pembangkit-pembangkit baru tersebut.

Shale Gas

Saat harga energi melambung, kata Rachmat, sebuah revolusi energi kini tengah berlangsung. Gerak cepat AS mengganti energi batubara dengan shale gas yang lebih murah dan bersih telah membantu negara itu menurunkan tingkat emisinya, lebih cepat dari negara manapun di dunia.

Pada 2010, produksi shale gas AS meningkat mencapai 138 miliar meter kubik, yang merupakan 23% dari total produksi gas alam negara itu. Para ahli juga menemukan cadangan shale gasyang besar di Eropa dan RRT. Kemajuan teknologi dan keberhasilan kombinasi pengeboran horizontal dan perekaan buatan bertingkat (multi-stage hydraulic fracturing) telah mengungkap triliunan cadangan energi yang tersembunyi. Akibatnya, dalam dua dekade terakhir, cadangan terbukti meningkat hingga dua kali lipat.

Shale gas barangkali merupakan kunci emas bagi permasalahan energi dunia,” ujar Rachmat. Energi baru ini bukan hanya berlimpah, tapi juga lebih efisien dan melepas hingga 50% lebih sedikit karbon dioksida dibandingkan bahan bakar fosil.

Akan tetapi, tidak semua shale gas dapat dimanfaatkan. Cadangan shale gas di Eropa, misalnya, terletak jauh lebih dalam di bawah tanah dan lebih sulit untuk diekstrak. Pada 2011, Exxon mengebor dua sumur eksplorasi di sebuah wilayah shale gas di Polandia. Hasilnya, kegiatan eksplorasi itu tidak menguntungkan secara komersial. Pada tahun yang sama, Norwegia menemukan beberapa ladang yang menjanjikan di Laut Barents, namun mendapati masalah logistik yang signifikan dalam mengekstrak shale gas tersebut.

Karena itu, lepas dari jumlah deposit shale gas yang berlimpah di berbagai wilayah dunia, saat ini hanya Amerika Serikat yang memiliki kemampuan untuk menjangkau deposit shale gas yang berlimpah menggunakan teknologinya yang amat tinggi. Kendati demikian, ada dua implikasi penting dari revolusi shale gas bagi Asia.

Implikasi yang utama adalah munculnya pasar energi yang lebih stabil dan bisa diperkirakan. Hal ini akan berdampak baik bagi pertumbuhan perekonomian AS, lantaran biaya listrik dan ongkos usaha akan turun, sehingga menciptakan penyangga tambahan bagi perekonomian.

Di tingkat global, ketersediaan shale gas dengan harga yang lebih murah juga akan membantu menghambat peningkatan harga minyak, yang dikhawatirkan akan terjadi menyusul meningkatnya permintaan dan instabilitas politik di Timur Tengah. Secara keseluruhan, fluktuasi harga minyak akan lebih sedikit pada masa akan datang dan prospek ekonomi yang lebih cerah akan dialami AS, konsumen energi terbesar di dunia.

Kedua, Asia akan diuntungkan oleh investasi asing yang lebih besar di infrastruktur yang berkaitan dengan shale gas dan jaringan produksi untuk membuat fasilitas penawaran seperti pengangkut gas alam. Negara kaya shale gas di Asia seperti RRT dan Indonesia akan diuntungkan.

 

 

 

 

Sumber: beritasatu.com

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?