Para pejabat keamanan udara internasional mempersiapkan perubahan prosedur pencarian dan penyelamatan pesawat hilang. Perubahan prosedur ini didorong peristiwa hilangnya pesawat MH370 milik Malaysia Airlines, yang hingga kini belum ditemukan.
Baru-baru ini pejabat senior penerbangan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) –lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa–mengumumkan revisi praktik dan penguatan pelatihan misi pencarian. Revisi menggambarkan beberapa perubahan yang bersumber dari pencarian MH370.
Perubahan terutama didorong tanggapan ceroboh Malaysia, beberapa jam sesudah pesawat Boeing 777 itu lenyap dari radar pada 8 Maret. Pemerintah Malaysia bulan ini mengeluarkan laporan interim. Laporan mencakup beberapa salah langkah serta kebingungan di kalangan petinggi maskapai, juga petugas pengendali lalu lintas udara di beberapa negara dalam kasus MH370.
Pencarian secara penuh atas pesawat tak diluncurkan, hingga kira-kira empat jam sesudah MH370 lenyap. Area awal pencarian ternyata jauh dari sasaran, lantaran militer Malaysia lamban membocorkan rincian data radar.
Dalam kondisi darurat mendatang, perubahan akan mencakup standar “cara-cara pemahaman akan siapa yang mesti bertindak apa dan kapan” kala sebuah pesawat lenyap dari radar, sebut Nancy Graham direktur Biro Navigasi Udara ICAO dalam wawancara pekan silam.
Seperti diungkap Graham dan pejabat industri penerbangan lainnya, perubahan akan memperjelas peran pengendali lalu lintas udara, juga militer dan lembaga pemerintah dalam kondisi darurat. Pada saat yang sama, mereka akan pula menentukan landasan kawasan untuk kerja sama waktu nyata. Dokumen perencanaan ICAO menekankan pentingnya penggabungan sumber daya sipil, militer dan informasi. Mereka juga menekankan perlunya perjanjian regional guna berbagi peralatan dan tanggung jawab.
Di samping itu, ICAO ingin negara-negara dan kawasan menjalankan pelatihan yang lebih fokus dan sering, termasuk soal pesawat, helikopter, kapal dan personel darurat yang dikerahkan di lapangan. “Kami selalu punya pelatihan,” papar Graham. Namun pelatihan dengan kekerapan yang lebih sering, katanya, bisa mempertajam respons. Sebab, “kami tidak banyak berfokus pada simulasi” waktu nyata kejadian di masa lalu.
Menyusul pertemuan yang diikuti lebih dari 150 petinggi dan perwakilan penerbangan nasional di Montreal, ICAO dalam laporan pekan lalu menekankan “pentingnya praktik reguler guna mengidentifikasi prosedur atau ketimpangan misi.”
Dalam dokumen beberapa bulan sebelumnya, ICAO sempat mengungkap ketimpangan signifikan dalam persiapan misi. Laporan mengidentifikasi minimnya pembelajaran dari insiden darurat di masa lalu, berikut penyimpangan “perencanaan secara meluas dan operasi gabungan” di Asia-Pasifik. Dokumen lainnya menekankan beberapa negara yang belum menaati standar ICAO.
Sumber: indonesiasafetycenter.org/pbb-revisi-prosedur-pencarian-pesawat/