Amy Arnsten adalah seorang profesor di bidang ilmu neuroscience di Universitas Yale. Dia mempelajari pengaruh respons emosional dari otonomi diri terhadap fungsi kognitif. Yaitu persepsi bahwa seseorang merasa dirinya kehilangan kontrol akan juga membuat penurunan dalam kompetensi pikiran.
Contoh sederhananya, bila seorang manajer mengatur para karyawannya dengan otonomi yang sangat terbatas. Misalnya dengan mendiktekan tugas-tugas tanpa memberikan ruang untuk berinovasi, maka para karyawan yang merasakan kurangnya rasa kontrol dirinya, akan menjadi tidak terlalu produktif.
Pusat kendali emosi di dalam otak orang yang merasa tidak bebas berkarya, apakah itu nyata atau hanya persepsinya saja, akan menurunkan kemampuan fungsi berpikir di level tertentu.
Jadi, jika perusahaan menginginkan hasil kinerja yang berkualitas dengan komitmen yang tinggi dari para karyawan, sebaiknya penetapan tujuan atau target dideskripsikan cukup dengan garis-garis besarnya saja.
Dan karyawan
yang memiliki keahlian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atasan, mesti diberikan kewenangan tentang bagaimana cara yang terbaik dalam mengerjakan tugas-tugasnya secara profesional. Pengawasan cukup berdasarkan tuntutan standar dan prosedur, namun otonomi karyawan tetap terjaga.
Studi dalam ilmu neuroscience dibalik seni kepemimpinan yang baik ini akan mendukung penguatan komitmen kerja yang tinggi dengan hasil yang berkualitas. Pemahaman akan jalan pikiran karyawan yang dipengaruhi respons emosionalnya akan mengembangkan kemampuan pemimpin untuk memotivasi bawahannya secara efektif.
Pemimpin harus mengerti bahwa dalam manajemen manusia di perusahaannya adalah mengelola para karyawan profesional yang berpengalaman dan kompeten serta termotivasi dengan input yang tepat. Bahwa para karyawan tidak butuh diberitahu apa-apa yang harus dikerjakan, tapi cukup dengan mengarahkan kemana perusahaan akan menuju.
Tim kerja
yang sukses membutuhkan visi dan misi sebagai perangkat navigasi dalam membangun keunggulan dari kekuatan dan nilai-nilai yang dimiliki para anggota tim kerja. Para karyawan tidak perlu dikelola hingga sedetail mungkin sampai ada istilah mikro-manajemen yang buruk.
Kini, temuan ilmiah dan pengalaman kerja selama bertahun-tahun telah membuktikan bahwa pendekatan yang lebih baik dalam menciptakan komitmen kerja karyawan yang tinggi dan berkualitas; adalah dengan memberikan kepercayaan.
Orang yang paling tidak termotivasi adalah manusia yang frustasi karena merasa tidak dipercaya. Dan pada akhirnya, dia bisa tersugesti bahwa memang dia tidak layak dipercaya. Kemampuannya memang tidak tinggi dan kinerjanya menjadi memburuk. Kompetensinya menurun dan produktivitas menjadi rendah.
Logis bukan?
Sumber: tipsmotivasi.com