Identifikasi Risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan.
Hal – hal yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk perusahaannya :
a. Mengetahui kemungkinan – kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan harus berhati – hati atas kemungkinan timbulnya setiap kerugian dan hal ini merupakan tugas utama seorang manajer risiko.
b. Memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko sehingga dapat diperkirakan kemungkinan kerugian maksimum dari risiko yang berasal dari berbagai sumber.
c. Memutuskan pemakaian metode pengolahan risiko yang terbaik dan paling ekonomis,apakah dengan jalan menghapuskan, mengurangi, membatasi, menanggung sendiri, memindahkan atau mengkombinasikan metode – metode tersebut.
d. Mengadministrasikan program –program manajemen risiko termasuk mengadakan penilaian kembali atas program – program, pencatatan – pencatatan dan lain sebagainya.
Metode Identifikasi Risiko
1. Analisis data historis
2. Pengamatan dan Survey (menggunakan questionnaire, inspeksi langsung, dan interaksi dengan unit kerja)
3. Pengacuan (Benchmarking)
4. Pendapat ahli.
Sumber Informasi Risiko
1. Dokumen Internal
· Laporan keuangan, strategi dan rencana, standar dan prosedur operasi, dokumen SDM, surat perintah, dll.
· Merupakan target pencarian yang pertama dalam identifikasi risiko tetapi seringkali tidak semua dokumen tertata dengan baik.
2. Dokumen Eksternal
· Misalnya: koran, majalah, data publikasi, statistic keuangan dan ekonomi, dan sumber lainnya.
· Harus bisa memilah dan memilih informasi yang penting bagi perusahaan.
3. Pihak Internal Perusahaan
· Contoh: karyawan yang mengoperasikan mesin selama bertahun-tahun dapat menjadi narasumber yang kompeten.
· Masalahnya karyawan seringkali tertutup dan berpersepsi semakin banyak risiko di unit kerjanya, semakin buruklah cara kerja mereka. Ini tentu saja salah. Tidak ada hubungan antara jumlah risiko dan kualitas kerja.
4. Pihak Eksternal Perusahaan (konsumen, pemasok, pengamat, tenaga ahli, pesaing, dll)
· Melalui Focus Group Discussion yang melibatkan mereka yang dianggap ahli.
· Kriteria ahli: (a) secara rutin menangani obyek yang sedang diidentifikasi risikonya; (b) orang di sekitarnya yang berpengaruh atau bisa mempengaruhi, misalnya atasannya atau rekan kerjanya; dan (c) ahli dalam bidang akademik mengenai obyek ybs.
Jenis Informasi
1. Informasi PLESTER (Politik, Lingkungan, Ekonomi, Sosial, TEknologi, dan Regulasi).
· Contoh Tabel PLESTER:
Jenis Informasi
|
Masa Lalu
|
Saat Ini
|
Trend ke Depan
|
Dampak pada Perusahaan
|
Risiko yang Dapat Muncul
|
2. Informasi Keuangan
Laporan Keuangan dapat dijadikan rujukan untuk identifikasi risiko, misalya dengan melakukan ALK dengan rasio-rasio keuangan.
3. Informasi Proses
Didasarkan atas aliran produk dari awal proses hingga akhir. Biasanya perusahaan memiliki diagram alur produksi.
Identifikasi risiko dimulai dari unit yang kecil hingga yang paling besar (perusahaan), misalnya risiko Unit Penjualan dan Unit Periklanan menjadi risiko Bagian Pemasaran, dst. Pertanyaannya apakah semua risiko harus kita identifikasi? Idealnya, ya. Namun, dalam kenyataannya, sulit untuk melakukannya. Risiko bisa muncul di mana saja dan kapan saja, tidak ada habis-habisnya. Proses identifikasi menyeluruh juga akan memakan biaya, energi, dan waktu. Tentu saja, ini menjadi tidak efektif.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut kita menerapkan Hukum Pareto. Ahli ekonomi Vilfredo Pareto (1848-1923) mengamati, pada umumnya, 80% kekayaan negara dikuasai oleh hanya 20% penduduk. Kalau kita terapkan ini dalam manajemen risiko, kita bisa mengatakan, “80% kerugian perusahaan disebabakan oleh hanya 20% risiko yang krusial”. Artinya, jika kita mampu menangani risiko yang krusial (20%) kita dapat menghindari 80% kerugian perusahaan.
Namun demikian, kita tetap perlu mengevaluasi juga titik-titik yang dianggap tidak krusial (tidak kritis) karena di dalam proses yang tidak kritis tersebut mungkin ada risiko yang cukup potensial, karena risiko yang bersifat dinamis.
4. Informasi Aliran Dokumen
Penyimpangan aliran dokumen atau tidak lengkapnya otorisasi , atau menyimpangnya pihak yang member otorisasi, menunjukkan adanya risiko.
Kita dapat melakukan survey terhadap aliran dokumen atau mengevaluasi proses aliran dokumen untuk melihat titik kritis dan mengidentifikasi risiko. Evaluasi proses aliran dokumen memang lebih mudah tetapi sebaiknya pastikan ada tidaknya risiko berdasarkan data historis maupun pendapat para ahli.
5. Informasi Kontrak
Misalnya: kontrak dengan karyawan, pemasok, konsumen, pemerintah, kontraktor, dsb. Risiko dapat timbul dari loop hole (celah) yang ada dalam kontrak yang dapt dimanfaatkan para pihak. Analisis kontrak sebaiknya melibatkan ahli hukum.
Proses Identifikasi Risiko
1. Menentukan unit risiko
Misalnya yang mau diidentifikasi adalah Unit Penjualan, maka risk ownernya adalah unit penjualan.
2. Memahami proses bisnis.
Setiap unit memberikan layanan (atau menghasilkan produk) kepada unit yang lain atau kepada pelanggan. Dalam menghasilkan produk/jasa ini, setiap unit melakukan berbagai aktivitas. Dengan memahami proses bisnis, kita bisa mengetahui aktivitas-aktivitas yang ada pada suatu unit risiko. Pada umumnya, proses bisnis terdiri dari 2 kelompok aktivitas, yakni aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
3. Menentukan aktivitas yang krusial.
Yang dikatakan “krusial” atau “kritis” adalah apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa oleh karena aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalannya aktivitas dengan semestinya. Aktivitas yang tidak krusial dapat ‘diabaikan’ karena pengaruhnya tidak signifikan pada produk atau jasa yang dihasilkan.
4. Menentukan barang dan orang yang ada pada aktivitas krusial tersebut.
Siapa orang-orangnya ?? apa barang-barangnya??
5. Menentukan bentuk kerugian yang dapat terjadi pada barang dan orang dari aktivitas krusial tersebut.
· Bentuk kerugian pada orang à cedera, sakit, meninggal, hilang, demonstrasi, mogok kerja, berhenti bekerja, berhalangan, dll.
· Bentuk kerugian pada barang à rusak, hilang, tidak sesuai, usang, terbakar, tidak berkualitas, dicuri, diselewengkan, tak tertagih, dll.
6. Menentukan penyebab terjadinya kerugian atau risiko
· Risiko Keuangan à perubahan harga, nilai tukar, dan tingkat bunga.
· Risiko Operasional
o Manusia à kompetensi, moral, selera.
o Teknologi à keusangan, kualitas, kesesuaian.
o Alam à bencana alam, kondisi alam, makhluk selain manusia.
Mengetahui penyebab risiko sangat penting karena penanganan risiko yang sama akan berbeda jika penyebabnya berbeda. Misalnya, penanganan risiko kebakaran karena listrik berbeda dengan karena tabung gas yang meledak.
7. Membuat daftar risiko.
Berisi dua hal penting, yakni Pernyataan Risiko dan Penyebab Risiko. Untuk mengetahui apakah itu sebuah risiko ingat kembali 3 karakteristik risiko:
(1) merupakan suatu kejadian;
(2) kejadian tsb mengandung kemungkinan; dan
(3) jika terjadi akan mengakibatkan kerugian.
Sumber: nonnababybelle.blogspot.com