Ini adalah kisah nyata penulis. Pernah, dalam beberapa hari penulis mengalami kesulitan dalam parkir kendaraan, terutama parkir mundur. Terlebih bila parkir harus dilakukan pada sisi kanan, sehingga seringkali walau mendapat parkir kosong namun bila letak di sebelah kanan, maka hampir pasti dilewatkan, kecuali jika kosong sama sekali tanpa mobil di samping kiri atau kanan. Apa pasalnya? Ya karena kaca spion kanan pecah karena benturan dengan kendaraan lain. Entah karena kacanya yang kurang baik kualitasnya, atau karena hal lain, padahal rumah spionnya masih utuh dan baik. Jika melihat pecahan kaca spion yang ada, memang kaca spion sangat tipis sekali, tebalnya sekitar 2 mm. Mungkin mobil sekarang memang dibuat setipis mungkin, baik body maupun komponennya seperti kaca spion, sehingga bisa menghemat bahan bakar .
Namun meskipun tanpa kaca spion kanan, penulis masih bisa mengemudikan kendaraan dengan baik, tarena pada dasarnya berkendara adalah maju ke depan. Ketiadaan spion kanan, menjadi kendala jika mau belok ke kanan atau parkir mundur sisi kanan, karena keharusan melihat kendaraan di belakang mobil apakah ada yang melaju. Terpaksa sering kali menengok ke belakang secara cepat, untuk selanjutnya kembali melihat ke depan karena jauh lebih penting melihat ke depan.
Cerita di atas adalah ilustrasi yang paling memberikan representatif organisasi dalam bentuk kendaraan atau mobil. Mobil bisa diumpamakan dalam suatu organisasi, dimana pengendara dan penumpang adalah individu sedangkan spion, kaca depan, adalah indikator-indikator yang digunakan untuk membantu pengendara apakah sudah berada pada jalan yang benar, penghalang mana yang harus dihindari dan jalur mana yang mesti dilewati. Dalam ilustrasi diatas, kaca depan menyiratkan sebuah keharusan bahwa kendaraan harus memiliki arahan dalam menjalankan ke depan, suatu indikator yang mampu ‘melihat’ apakah kendaraan sudah berada di jalan yang benar, apakah masih ada tikungan yang dilewati, apakah kendaraan akan melewati jalan yang bagus atau berlubang, atau apakah di jalanan depan ada ‘polisi’ yang akan memeriksa kendaraan.
Kaca depan dapat pada mobil dapat disetarakan dengan KPI leading indicator, yang mencerminkan dan memberikan representasi, dimana pengendara bisa mengetahui apa-apa yang ada di depan, jalan yang mesti dilewati, rambu-rambu yang akan diterabas, halangan/hambatan, atau kondisi jalan di depan apakah mulus. Seperti halnya organisasi, maka memerlukan suatu bentuk ‘vision’ atau penglihatan, apakah sudah berada di jalan yang benar atau tersesat, apakah bisa melihat peluang ke depan berdasarkan yang data atau informasi yang dimiliki, apakah pergerakan organisasi mengalami jalan yang ‘mulus’ atau malah berlubang. Dengan leading indicator maka organisasi dapat memutuskan mana yang ditempuh, misalnya harus mengubah haluan atau arah, maupun kecepatan atau ‘mengerem’ bila sesuatu di depan ada yang tidak baik.
Jika demikian, apakah lagging indicator tidak perlu diperhatikan?. Tidak juga. Lagging indicatorjuga penting, karena akan memberikan informasi, sejauh berapa organisasi sudah berjalan, berapa lama telah kita tempuh, apa-apa saja yang sudah kita capai dan kita lewati baik dari segi kinerja, volume dan lainnya. Seperti kaca spion, maka kita akan tahu sudah melewati kendaraan apa saja, jalan apa yang sudah dilewati. Yang terpenting adalah keseimbangan antara lagging indicator dan leading indicator. Namun kebanyakan, berdasarkan pengalaman penulis baik dalam konsultasi maupun memberikan pelatihan, hampir semua KPI organisasi hanya fokus pada lagging indicator. Sedikit atau kurang memberi perhatian pada leading indicator.
Keseimbangan antara leading dan lagging indicator sangat penting. Bahkan pada model BSC, leading indicator akan ditemukan pada perspektif Internal Business Process dan Learning Develpment. Sedangkan lagging indicator ada pada perspektif Finansial dan Customer. Bisa dilihat, BSC sudah ‘memaksakan’ keseimbangan antara lagging dan leading indicator. Dalam pelatihan KPI, penjelasan mengenai leading dan lagging menjadi salah satu aspek penentuan KPI organisasi, agar organisasi tidak salah pilih menentukan indikator kinerja utama yang mengarah pada pencapaian sasaran organisasi.
Jadi, sudah jelas kan. Mana yang lebih penting, Leading atau lagging?
Sumber: ilmusdm.wordpress.com