Perusahaan Besar

Rahasia Perusahaan Besar Bangkit dari Kegagalan

Rate this post

Pada saat ini tentunya kita sudah tidak asing dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Microsoft, Amazon dan Google. Perusahaan-perusahaan pasti sering ada di benak kita dan dapat kita temukan dengan mudah tulisan-tulisan berkaitan dengan perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita pada saat ini dan kita tidak dapat lepas terhadap hal tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak dari kita yang mungkin menggunakan produk dari Apple, menggunakan software dari Microsoft dalam komputer kita, menggunakan Amazon untuk berbelanja online, atau menggunakan Google sebagai search engine di setiap waktu.

Namun harus diingat bahwa perusahaan-perusahaan yang sekarang raksasa ini tidak langsung di posisi sebesar sekarang, terdapat proses yang panjang untuk mereka sampai sebesar sekarang. Dalam proses perkembangan perusahaan yang panjang dan jatuh bangun, tidak semua perusahaan dapat bertahan sampai sekarang. Ada perusahaan yang memiliki perkembangan yang signifikan, ada yang justru mengalami penurunan dan bahkan ada yang sampai mengalami kebangkrutan.  Perusahaan-perusahaan besar yang sampai sekarang masih kita gunakan produknya adalah salah satu perusahaan yang bertahan atau bahkan berkambang sangat pesat.

Ketika kita mencoba melakukan kilas balik beberapa tahun kebelakang dapat kita sadari bahwa banyak produk-produk dari suatu perusahaan yang kita gunakan pada masa lalu yang notabenenya adalah produk yang sangat bagus pada masa itu, namun sudah menghilang begitu saja pada masa sekarang. Terdapat beberapa hal yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan tersebut menghilang dari peredaran, secara umum adalah karena produk mereka tidak dapat bersaing dengan produk pesaing yang lebih mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Sangat mengagetkan bahwa 88% dari perusahaan yang masuk kateogori Fortune 500 pada tahun 1995 sudah tidak ada, baik karena bangkrut, merger atau masih ada namun sudah tidak masuk ke dalam kategori Fortune 500.

Kita sebagai konsumen pada dasarnya tidak terlalu memperhatikan hal ini dari sisi apa yang terjadi terhadap perusahaan dari produk tersebut karena Ketika ada produk yang lebih dapat memenuhi kebutuhan kita, maka kita akan segera beralih ke produk tersebut tanpa pikir panjang. Padahal, Ketika hal ini terjadi terdapat tantangan yang sangat besar yang sedang dialami perusahaan tersebut karena adanya pesaing yang lebih mendominasi pasar. Kemungkinan terburuk yang dapat terjadi dalam hal ini adalah perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan dan ini lah yang dialami perusahaan-perusahaan yang saat ini sudah tidak terdengar lagi namanya padahal beberapa tahun lalu masih kita gunakan produknya.

Pertanyaan besarnya adalah kenapa perusahaan-perusahaan besar yang memerlukan waktu yang panjang untuk membangun kualitasnya dapat mengalami kebangkrutan hanya dalam waktu yang singkat. Perusahaan-perusahaan ini tidak dipimpin oleh orang sembarangan, mereka tidak jarang adalah orang-orang yang cerdas dan terbaik di bidangnya. Namun demikian, sebesar apapun dan dominasi suatu perusahaan apabila melakukan keputusan manajerial yang buruk seperti, mengejar pertumbuhan yang tidak disiplin, kebijakan pengambilan resiko yang buruk, kurangnya agresivitas dalam pengambilan keputusan dapat menjatuhkan suatu perusahaan dalam waktu singkat. Berikut beberapa penyebab perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan yang dibagi tiga menjadi aspek internal perusahaan, industri dan negara.

  1. Aspek Internal Perusahaan

Setiap pimpinan perusahaan pasti pernah melakukan kesalahan dalam mengelola perusahaan, yang mana adalah wajar, namun kegagalan suatu perusahaana bukan hanya sekedar kesalahan yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan melainkan kesalahan perhitungan yang besar dan berdampak luas hasil yang merupakan hasil dari keputusan yang diambil pimpinan perusahaan. Hal ini bisa berbentuk keputusan manajerial yang buruk, pemilihan waktu yang tidak tepat, pengambilan keputusan dan tindakan yang lambat, keputusan yang tidak rasional dan lain-lain.

Selain itu, sering kali juga terdapat perusahaan yang sedang mengalami kesulitan namun memilih untuk tidak melakukan banyak tindakan untuk memperbaiki hal tersebut atau melakukan suatu tindakan namun sudah terlambat. Hal lain yang kerap terjadi adalah pimpinan perusahaan tidak berani mengambil tindakan yang melawan kultur perusahaan yang sudah ada sejak lama karena akan mengancam posisinya dalam perusahaan tersebut. Ini adalah contoh culture perusahaan yang merusak dari dalam secara perlahan-perlahan dan akan menyebabkan kehancuran perusahaan itu sendiri apabila tidak dibenahi.

  1. Aspek Industri

Hal ini berkaitan dengan disrupsi yang muncul di suatu industri tertentu, sering kali perusahaan besar cenderung acuh dan memandang ringan sebuah disrupsi yang ada karena dilakukan oleh perusahaan pendatang yang lebih kecil. Perusahaan besar ini tidak menyadari bahwa dengan perkembangan inovasi teknologi yang sangat cepat, setiap disrupsi seharusnya dianggap sebagai ancaman yang serius terhadap perusahaan, terlepas dari seberapa besar suatu perusahaan pendatang tersebut. Gagal dalam melakukan inovasi atau terlambat mengeksekusi suatu inovasi dapat berdampak fatal terhadap suatu perusahaan. Selain itu, perusahaan besar juga sering kali mengabaikan disrupsi yang timbul karena menganggap bahwa perusahaan pendatang tersebut mempunyai ruang lingkup konsumen yang berbeda dengan perusahaan miliknya sehingga tidak akan menggangu kelangsungan perusahaannya.

Disrupsi pada dasarnya adalah perubahan teknologi di industri terkait yang apabila dibiarkan dapat mentranformasi perusahaan pendatang yang awalnya diabaikan menjadi yang terbesar di industri tersebut. Hal ini lah yang terjadi terhadap Kodak karena mengabaikan kehadiran kamera digital dengan alasan takut mengganggu pasar dari produk film mereka sendiri. Hal serupa juga dialami oleh Nokia karena mereka mengabaikan pengembangan software dan hanya berfokus pada hardware dengan alasan takut membuat perubahan yang terlalu drastik dan membingungkan konsumen mereka. Hal ini menyebabkan Nokia pada akhirnya memiliki user experience yang tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan keinginan pasar.

  1. Aspek Negara

Hal ini berkaitan dengan aspek khusus dan unik dari suatu negara tertentu dimana suatu perusahaan mencoba memasuki pasar tersebut. Hal ini terlihat ketika Walmart tidak sukses membuka gerainya di Jerman karena penduduk Jerman ternyata lebih cenderung memilih berbelanja di toko lokal kecil yang lebih bersifat personal dibandingkan jaringan toko yang besar seperti Walmart. Selain itu, penduduk Jerman cenderung lebih menyukai hal-hal dengan dengan desain bagus dan indah, bertolak belakang dengan Walmart yang berdesain sederhana. Kemudian, Walmart juga tidak mampu meniru struktur bangunan berbiaya rendah di Jerman karena upaya tenaga kerja yang lebih tinggi.

Maka dari itu, sebelum memasuki pasar suatu negara tertentu sangat penting untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap kondisi negara tersebut sebelum memasuki pasarnya. Bukan hanya terkait dengan barang atau jasa yang akan di jual, namun juga bisnis model yang dapat diterima di suatu negara tersebut, aturan-aturan yang berlaku di negara tersebut, jumlah modal yang diperlukan, hambatan yang ada di negara tersebut dan hal-hal lainnya.

 

PENULIS: SIMON YOSUA

 

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?