Sebuah ikatan persahabatan bisa terjalin karena berbagai hal. Bisa dari faktor kesamaan minat dan hobi. Atau karena kepribadian yang cocok satu sama lain. Bisa juga karena memiliki kelebihan atau kekurangan yang sama.
Albert Bonsfills, fotografer Spanyol ini awalnya tak sengaja bertemu dengan dua sosok wanita tuna netra yang luar biasa ini saat di Beijing. Dilansir dari bjp-online.com,bermula ketika Albert melakukan pemotretan di sebuah komplek apartemen. Kemudian, perhatiannya tertuju pada seorang wanita berambut pirang. “Melihat wanita pirang setelah tinggal tiga bulan di Cina benar-benar sesuatu yang aneh. Wanita ini tinggi dan memakai mantel pink menyala, rambut pirang panjangnya tergerai ke belakang. Saya putuskan untuk menemuinya,” terang Albert.
Wanita berambut pirang itu ternyata bernama Menchun Liu. Ia seorang albino. Dan ia memiliki seorang sahabat bernama Lina Dong. Keduanya memiliki gangguan penglihatan, tapi persahabatan mereka menyimpan sebuah pesan yang sangat indah.
“Kalau Anda seorang tuna netra di Cina, pilihannya hanya ada dua,” ungkap Albert. “Tinggal di rumah atau menjadi tukang pijat,” lanjutnya. Dengan izin Mengchun dan Lina, Albert mencoba mendokumentasikan kehidupan keduanya, mulai dari mengikuti mereka keliling kota hingga merekam rutinitas harian mereka. Albert pun mengungkapkan ikatan persahabatan Mengchun dan Lina yang sangat erat dan juga indah.
Terlahir sebagai seorang albino, Mengchun Liu mengalami gangguan penglihatan. Saat ini ia memiliki kemampuan melihat sebesar 0,1 persen saja. Sementara sahabatnya Lina Dong mengalami kebutaan total sejak berusia 10 tahun. Mengchun dan Lina tinggal bersama dan melakukan banyak hal berdua.
Ratusan ribu penyandang tunanetra di Cina bekerja di tempat pijat. Mengchun dan Dina pun pernah menjalani profesi sebagai tukang pijat. Terlahir sebagai anak petani dari pedesaan Cina, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke Beijing mencari kerja. Dilansir darinewyorker.com, kini keduanya bekerja di sebuah organisasi nonpemerintah yang menyediakan layanan untuk para penyandang tunanetra. Setiap hari, selama 24 jam, Mengchun dan Lina selalu bersama.
Mengchun dan Lina benar-benar sosok wanita yang tangguh, ya Ladies. Mereka berhasil melakukan sesuatu yang luar biasa. Dari dua pilihan yang ada, mereka malah menciptakan pilihan ketiga mereka sendiri: bekerja di sebuah organisasi nonpemerintah dan hidup mandiri.
“Saat pertama kali melihat keduanya, saya tak menyangka kalau mereka mengalami gangguan penglihatan sampai kemudian mereka mulai meraba-raba daun pintu apartemen mencari kunci. Saya begitu tersanjung saat mereka mengundang saya menikmati teh di apartemen mereka,” ujar Albert. “Lebih mengejutkan lagi ketika mereka setuju untuk dipotret.”
Albert menghabiskan lima minggu memotret Mengchun dan Lina, mulai dari senja hingga fajar. Ada banyak keunikan yang ia temukan dari persahabatan dua wanita ini. “Mereka makan pada waktu yang sama, mereka tertawa pun bersamaan, luar biasa!” kata Albert. “Dan mereka melakukan itu semua hanya dengan sepasang mata saja.” Dengan setitik penglihatan yang dimiliki oleh Mengchun seorang, persahabatan itu memiliki keistimewaannya sendiri.
Di balik kekurangan yang dimiliki Mengchun dan Lina, Albert mengungkapkan bahwa keduanya bisa hidup harmoni di tengah rutinitas padat di Beijing.
Di situs pribadinya, albertbonsfills.com, Albert menulis, “Lisa and Mengchun are for me an example that should be emulated. After this experience I realized how wrong the human being. I received a valuable lesson which I will never forget: we will only appreciate life, love, and friendship when we get to see through other eyes, the eyes of the heart.“
“Bagi saya, sosok Lisa dan Mengchun merupakan contoh yang patut ditiru. Melalui pengalaman ini, saya menyadari bahwa manusia masih ada yang salah menjalani hidup. Saya mendapat pengalaman berharga yang tak akan pernah saya lupakan: kita baru bisa menghargai kehidupan, cinta, dan persahabatan ketika kita bisa melihat menggunakan mata yang lain, mata hati kita.” -Albert Bonsfills
Albert berencana akan membuat proyek Lina and Mengchun sebagai proyek jagka panjang. Ia berharap bisa kembali ke Cina untuk mendokumentasikan kehidupan mereka hingga 10 sampai 15 tahun ke depan. “Saya berencana akan terus kembali ke Cina untuk membuat karya. Kehidupan masyarakat Cina sangatlah kuat. Mereka bekerja tanpa lelah dan terus hidup melalui semua kesulitan, mereka tak pernah berhenti berjuang,” papar Albert.
Suatu waktu Albert menanyakan sesuatu pada Lina. Dan jawaban yang diberikan Lina membawa sebuah pesan yang indah.
“Ketika saya bertanya pada Lina mengapa ia bisa terus tersenyum di tengah semua kesulitan yang ada, jawabannya menjadi sebuah pelajaran untuk kita. Sebuah kalimat yang saya yakini menjadi pesan dari keseluruhan proyek ini,” kata Albert.
“Saya bahagia karena saya bisa begitu mensyukuri kehidupan, cinta, dan persahabatan dari mata hati bukan dari mata untuk melihat,” jawab Lina.
Untuk mensyukuri dan merasakan keindahan hidup, cinta, dan persahabatan, kita tak bisa sekadar mengandalkan apa yang kita lihat. Tapi kita baru bisa mendapatkan semua kebahagiaan dari apa yang sebenarnya kita rasa, melalui apa yang bisa dilihat oleh mata hati kita.
Ladies, melalui mata hati, kita bisa mengungkap kejujuran. Dari mata hati, kita juga bisa menemukan kebahagiaan serta makna hidup yang sesungguhnya. Apa yang kita lihat bisa menipu, tapi apa yang kita rasa mampu membuat kita menemukan jalan kebahagiaan.
Sumber: vemale.com