Asymmetric tactic…cara meraih keunggulan

Rate this post

Tahun 2012, tepatnya tanggal 14 September terjadi peristiwa yang mengejutkan pasukan pendudukan NATO di Afghanistan.  Camp Bastion, yang merupakan camp militer terbesar diserbu pejuang Taliban ,dalam suatu serangan yang sangat jitu, cerdik dan mengesankan.  Hasil dari penyerbuan itu adalah 8 jet pesawat tempur canggih AV-8B Harrier yang harga per unitnya senilai USD 30 juta hancur, 2 diantaranya rusak parah,  3 tangki stasiun pengisian bahan bakar meledak dan 6 hanggar pesawat rusak. Kerusakan yang terjadi dilukiskan media pertahanan, Defense Media Network sebagai “ Kerugian militer paling buruk yang dialami angkatan udara Amerika sejak perang Vietnam”.  Total kerugian diperkirakan mencapai lebih dari 300 juta USD atau sekitar 2.9 trilyun rupiah dalam satu serangan tunggal itu .

Serbuan yang dilakukan oleh sekitar 15 pejuang tersebut digambarkan oleh tentara Amerika US Army sebagai “ Sangat terlatih, memiliki amunisi lengkap dan sangat menguasai situasi”. Dengan menyamar menggunakan seragam tentara angkatan darat militer Amerika, para pejuang mampu menembus  perimeter,  menembak mati dua pasukan militer udara yang ada, serta melukai delapan tentara lainnya. Bersenjatakan senapan otomatis, peluncur granat (rocket propeller grenade/RPG’s) dan rompi bom, tim penyerbu memisahkan diri menjadi 3 bagian untuk melanjutkan serangan, dimana satu diantaranya menghancurkan tangki pengisian, satu bagian lainnya menyerbu hangar pesawat dan yang terakhir  terlibat dalam serangan terhadap basis cryogenic.  Serbuan ke 15 pejuang tersebut baru bisa berakhir setelah sekitar 4 jam pertempuran,  yang  melibatkan personil militer USMC,  militer dari RAF dengan bantuan helicopter serbu Apache, helicopter Bell AH-1W Supercobras dan Machine Gun UH-1S. Para pilot NATO juga terpaksa bertempur seperti layaknya pasukan infantri di Camp tersebut.

Camp Bastion AttackApa yang bisa dipelajari dari peristiwa diatas, sehingga para pejuang Taliban yang hanya sekitar 15 orang, bersenjatakan otomatis dan granat, mampu memberikan serangan mematikan dengan kerugian besar bagi Camp Militer NATO di Afghan tersebut?. Dilihat dari kacamata militer tentu tidaklah sebanding jika persenjataan militer dijadikan tolok-ukur. Disinilah kecerdasan dan kecerdikan pejuang Taliban,  yaitu tidak berkonfrontir dengan kekuatan senjata tapi justru melalui taktik dan serangan cerdik agar mampu memberikan kerugian sebesar-besarnya di pihak lawan, meskipun harus mengorbankan jiwa. Dengan kata lain, mereka meraih keunggulan melalui pertempuran secara Asimetri. Dalam arti harfiah, bahwa keunggulan perlengkapan militer lawan (pesawat tempur, helicopter, senjata mesin dll) tidaklah harus dilawan dengan perlengkapan yang sama, tapi bisa dilumpuhkan hanya dengan persenjataan otomatis dan peluncur granat melalui strategi dan taktik yang jitu.

Hal yang serupa berlaku juga di organisasi. Jika organisasi ingin meraih keunggulan terhadap kompetitor terbesarnya,  dapat menerapkan taktik atau strategi yang mirip diatas. Seandainya kompetitor organisasi yang saat ini ada di puncak, ternyata memiliki keunggulan dari segi sistem teknologi atau sistem aplikasi yang digunakan, maka tidak seharusnya perusahaan mengikuti apa yang selama ini dilakukan kompetitor. Bila selalu mengikuti sistem, aplikasi, model seperti halnya ERP, ISO Standard, maka tetap saja akan jadi ‘pengekor’ tidak pernah melampaui. Artinya tetap saja perusahaan akan tertinggal dan menjadi nomor 2, 3 atau dibawahnya.

Strategi Asimetri dapat diaplikasikan bila ingin mengungguli kompetitor. Jika lawan atau kompetitor unggul di jaringan yang luas,  dan menetap di berbagai lokasi, maka perusahaan yang jaringannya tidak luas dapat ‘bertempur’ dengan mengaplikasikan layanan internet atau layanan dengan mobilitas yang bisa berpindah-pindah. Sebagai contoh, jaringan service kendaraan yang ada dimana-mana, bisa disaingi dengan layanan mobile service kendaraan bergerak melalui penggunaan mekanik bermotor yang dilengkapi peralatan perbaikan.

Para pejuang Taliban sudah membuktikan kesuksesan taktik tersebut dalam melawan pendudukan pasukan NATO. Indonesia pun pernah melakukan hal yang sama, melalui taktik supit urang, dengan memutus supply logistik senjata dan komunikasi musuh, yang dicetuskan oleh Panglima Besar Sudirman, sehingga bisa meraih kemenangan melawan NICA/Belanda saat pertempuran 4 hari di Ambarawa, pada bulan Desember 1945.  Lantas, mengapa masih banyak perusahaan yang ‘ikut-ikutan’ trend?

 

 

 

Sumber: ilmusdm.wordpress.com

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?