Karena masih terkendala sertifikasi ISO, tabung untuk Compressed Natural Gas (CNG) yang sudah diproduksi di Indonesia dan penggunaannya diproyeksikan untuk industri otomotif belum dapat dieskpor.
Hal itu diungkapkan Gembong Primadjadja selaku perwakilan Tim percepatan konversi BBM ke BBG dan advisor PT Digas Indonesia, seusai bertemu pihak Kementerian Perindustrian di Jakarta.
“Harapannya memang seperti itu (ekspor). Cuma masalahnya sekarang sertifikasi. Untuk bisa mengekspor kan harus ISO. Di indonesia kan tidak ada tempat pengujiannya,” kata Gembong.
Tabung untuk CNG ini, merupakan salah satu komponen yang mendukung untuk konversi Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas dan memiliki empat tipe.
Tabung untuk pembuatan CNG itu, yang paling umum dipakai adalah tipe I dan IV.
Tipe tabung yang sudah dapat diproduksi di Indonesia adalah tipe IV. Sedangkan tipe I masih diproduksi di luar negeri, karena membutuhkan spesifikasi teknologi yang tinggi.
Produsen tabung ini dari dalam negeri adalah PT Digas, yang bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.
Menurut Gembong, tabung untuk CNG buatan Indonesia sangat berpotensi utuk bersaing dengan produk luar negeri. Aapalagi pemain dalam industri ini, masih tergolong sedikit.
Produksi untuk tabung ini, kapasitasnya akan disesuaikan dengan kebutuhan konverter kit.
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Daramadi mengatakan, seiring dengan program konversi BBM ke BBG, industri otomotif juga akan lebih banyak yang menggunakan CNG.
Budi menambahkan, pemerintah mendukung pemberdayaan produk dalam negeri untuk memproduksi tabung CNG untuk converter kit.
“Tadinya kita impor semua. Sekarang kita mau menyiapkan dalam negeri. Tahun lalu kita bikin konverter kit-nya, sekarang sudah bisa bikin tabungnya,” ujarnya.
Sumber: skalanews.com