Jakarta: Apa penyebab Samsung, perusahaan elektronik asal Korea Selatan, memilih menanamkan investasinya di Vietnam dan bukan di Indonesia terjawab sudah. Rupanya Vietnam menawarkan sesuatu yang menarik: memberi kelonggaran pajak penghasilan (PPh) sampai 30 tahun.
“Kalau untuk smartphone, mereka (Samsung) meminta fasilitas ataupun insentif yang untuk saat ini sangat tidak memungkinkan untuk bisa kita penuhi. Misalnya tax holiday sampai berpuluh-puluh tahun dan bebas sewa tanah. Tentu kita tidak bisa dalam posisi seperti itu,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar di Jakarta.
Mahendra menjelaskan, pemerintah saat ini hanya bisa memberikan tax holiday selama 10 tahun untuk perusahaan elektronik raksasa asal Negeri Ginseng itu. Menurut Mahendra, sudah banyak komponen elektronik pabrikan Samsung yang sudah berinvestasi di Indonesia. Karena itu, pemerintah akan terus berupaya untuk mencari investor asing, khususnya investasi di ponsel pintar.
“Sebenarnya jangan bicara masalah investasi teknologi karena memang kita masih terus melihat perkembangan untuk investasi smartphone. Kalau yang teknologi mulai dari barang-barang elektronik seperti laptop, itu semua sudah invesasi di sini,” jelas Mahendra.
Samsung akhirnya memilih membangun pabrik smartphone di Vietnam dengan investasi 2 miliar dolar AS atau lebih dari Rp2,3 triliun. Keputusan itu seolah memukul Pemerintah Indonesia yang sebelumnya gencar melakukan lobi-lobi ke petinggi Samsung agar mau berinvestasi di Indonesia.
Dengan batalnya membangun pabrik ponsel pintar di Indonesia. Samsung resmi mengubah rencana perusahaan Negeri Ginseng itu ke Vietnam.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indoensia (Apindo), Sofjan Wanandi, kualitas tenaga kerja Indonesia menjadi penyebabnya. Tenaga kerja Indonesia berupah tinggi tapi produktivitasnya rendah.
“Di Vietnam, buruh kerja 48 jam seminggu. Kalau di sini cuma 40 jam seminggu. Terus upah buruh di Indonesia tinggi banget dibandingkan Vietnam,” kata Sofjan di penghargaan Wirakarya Adhitama kepada Ali Wardhana di Graha CIMB NIAGA, Senayan, Jakarta.
Tak hanya soal tenaga kerja, infrastruktur minim di Tanah Air juga jadi alasan Samsung. Salah satunya, ketersediaan listrik yang terbatas.
“Buat masyarakat saja listrik masih susah apalagi buat industri. Semua hitung-hitungan itu yang buat mereka (Samsung) enggak tertarik bangun pabrik di Indonesia. Mereka bilang ke saya, bangun pabrik di Vietnam terus impor produk ke Indonesia lebih murah 15% daripada bangun pabrik di Indonesia,” tukas pria kelahiran 3 Maret 1941 itu.
Agar kejadian ini tak terulang, Sofjan berharap, pemerintah baru segera memperbaiki infrastruktur dan persoalan kelistrikan. Harapan itu demi menarik minat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia.
Sumber: ekonomi.metrotvnews.com & metrotvnews.com