Pemerintah Provinsi Riau menyiapkan program peningkatan mutu produksi komoditas perkebunan unggulan di wilayahnya yaitu kelapa sawit dan karet.
Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan saat ini Riau bukan lagi pemain satu-satunya komoditas kelapa sawit dan karet di pasar regional dan internasional.
“Persaingan komoditas kelapa sawit dan karet di wilayah regional Asean semakin ketat, dan kami melihat produktivitas serta kualitas komoditas ini masih perlu ditingkatkan,” katanya, Rabu (11/3).
Ketatnya persaingan ini menurut Andi, bisa dilihat dari munculnya pemain baru komoditas kelapa sawit dan karet di wilayah regional seperti negara Laos, Vietnam, dan Thailand yang unggul di segi kualitas produksi.
Untuk menyiasati hal ini, Pemprov Riau telah menyiapkan program peningkatan mutu produksi dengan langkah pengadaan bibit kelapa sawit dan karet unggulan.
Rencananya, Pemprov akan menyiapkan bibit kelapa sawit untuk lahan seluas 500 ha, sedangkan untuk bibit kebun karet, disiapkan bibit untuk lahan seluas 100 ha.
“Dengan program ini, kami optimistis hasil produksi komoditas perkebunan asal Riau akan meningkat dan mampu mengangkat ekonomi masyarakat dan daerah,” katanya.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Zulher mengatakan selain program pengadaan bibit unggul bagi dua komoditas perkebunan, pihaknya juga menyiapkan program bantuan pengadaan pupuk bagi kebun masyarakat.
“Anggarannya sudah disiapkan untuk itu, meskipun terbilang tidak terlalu besar tapi ini akan membantu masyarakat dalam mengelola kebun kelapa sawit dan karet,” katanya.
Pemprov Riau juga bersiap untuk mendorong penghiliran komoditas kelapa sawit produksi wilayahnya, sehingga memberikan nilai tambah dan peluang kerja kepada masyarakat setempat.
“Kami berkomitmen untuk mendorong peningkatan sektor hilir kelapa sawit, karena hanya dengan langkah ini akan ada nilai tambah yang didapatkan semua pihak, mulai dari daerah, pemilik usaha serta masyarakat setempat,” katanya.
Dengan adanya langkah penghiliran komoditas kelapa sawit, sebanyak 1 juta kepala keluarga yang menaungi sekitar 4 juta jiwa masyarakat Riau akan mendapatkan manfaat dari upaya penghiliran komoditas unggulan tersebut.
Sumber : industri.bisnis.com