Jakarta: Pertumbuhan produksi pangan nasional pada 2013 tercatat melambat. pengamat ekonomi pertanian Husein Sawit menilai, tingginya impor pangan saat ini disebabkan oleh terganggunya produksi.
“Kalau produksi surplus, mengapa harga pangan bergerak naik, dan akhirnya harus impor,” ujar Husein melalui telepon, Senin (24/2).
Pemerintah menyatakan terjadi surplus sejumlah komoditas pangan seperti beras dan garam. Namun, terjadi impor masif pada komoditas kebutuhan utama masyarakat Indonesia itu.
Husein menjelaskan, apabila terjadi surplus produksi, maka harga pangan akan bergerak stabil bahkan cenderung menurun. Sebab, jumlah produksi lebih besar daripada kebutuhan. “Ada indikasi kekurangan produksi, lihat saja dari pergerakan harga di pasar-pasar domestik,” tandas dia.
Kondisi ini tercipta, kata Husein, lantaran pemerintah mengabaikan upaya-upaya peningkatan produksi. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya konversi lahan dan semakin buruknya kualitas lahan.
“Langkah-langka pemerintah tidak mengarah pada peningkatan produksi. Tameng pemerintah, alokasi anggaran ke sektor pertanian naik seperti pupuk dan lainnua, tapi itu tidak tepat sasaran,” ujar Husein. “Dipecahkan dulu persoalan konversi lahan dan perbaikan kualitas tanam, baru berbicara swasembada pangan.”
Ia menegaskan, Indonesia akan terus ketergantungan impor pangan bila tidak ada perbaikan di areal produksi.
Sumber: metrotvnews.com