Banjarmasin – Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan laju kerusakan hutan di Indonesia terus berkurang seiring dengan semakin tegasnya penegakan hukum soal penebangan liar oleh aparat terkait.
Menurut Hatta yang juga Mantan Menteri Lingkungan Hidup di Banjarmasin, Minggu, sebelumnya laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare per tahun.
“Laju kerusakan tersebut dinilai sangat tinggi dan tidak berimbang dengan kegiatan reboisasi yang dilakukan pemerintah,” katanya.
Dengan demikian, tambah dia, pemerintah terus berupaya untuk mencegah laju kerusakan kawasan hutan tersebut dengan berbagai cara antara lain penegakan hukum secara tegas bagi perusak hutan.
Kini tambah Menteri asal Kalimantan Selatan tersebut, laju kerusakan hutan tersebut telah mampu dikendalikan menjadi 5 ribu hekter per tahun, dan diharapkan jumlah tersebut akan terus menurun.
Pemerintah, tambah dia, juga terus mendorong masyarakat serta instansi terkait untuk mensukseskan penanaman pohon satu miliar per tahun, dan target tersebut telah terlaksana bahka telah melebihi dari yang direncanakan.
Kedatangan Menristek ke Kalimantan Selatan dalam rangka membuka seminar nasional Agroforestri IV nasional yang diikuti oleh ratusan peneliti dari seluruh Indonesia di Kota Banjarbarau, yang dimulai pada Sabtu lalu.
Kemenristek menjadi pembicara utama Seminar Nasional Agroforestri ke-4 yang mengambil tema “Pengembangan teknologi agroforestri dan produknya untuk ketahanan energi dan pangan”.
Menurut Hatta, untuk mendukung pengembangan teknologi dan inovasi agroforestri atau kehutanan dan pertanian, Kemenristek memiliki beberapa instrumen kebijakan.
Kebijakan tersebut antara lain, pusat unggulan Iptek, pemberian beasiswa bagi peneliti atau SDM Iptek, fasilitas jaringan Iptek nasional dan internasional, “tekchnopreneurship dan inkubasi bisnis teknologi.
Pusat unggulan tersebut, tambah Hatta, dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produktivitas riset dan lembaga pemanfaatan hasil riset lembang litbang untuk perekonomian berbasis unggulan.
Sebagai contoh, tambah Hatta, pusat unggulan kelapa sawit di Sumatra Utara, yang merupakan salah satu unggulan yang mampu menghasilkan salah satu produk hasil penelitian dari hulu (benih) sampai hilir atau hasil akhir berupa biodisel dan lainnya.
Sehingga industri sawit nasional mampu bersaing di tengah ekonomi pasar bebas saat ini, karena produk sawit selain bisa untuk pangan juga bisa dimanfaatkan bahan bakar nabati.
Selain itu, tambah Hatta, pada tingkat tertentu riset agroforestri telah berhasil meningkatkan produktivitas tanaman kehutanan, pangan dan obat serta kesejahteraan petani kawasan hutan.
Beberapa contoh agroforestri yang berhasil adalah tanaman kayu-kopi-jagung, kemudian, nyamplung-kacang tanah, akasia-jagung-lebah dan lainnya.
Sumber: http://berita.plasa.msn.com