BANYUATES-Kekayaan alam Hutan Kera Nepa di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates. belum layak untuk dijadikan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang. Sebab, pengunjung hutan tempat ratusan kera ekor panjang alias Macam fasciczalaris tidak ditarik retribusi. Padahal, jika melihat keaslian tempat wisata, hutan ini berpotensi besar menjadi pundi-pundi penyumbang PAD Sampang.
Sementara itu, pengunjung dalam suasana Idul Adha tak sebanyak pada saat Idul Fitri. Menurutnya. warga sudah ada di perantauan dan enggan pulang karena sudah pulang pada Hari Raya Idul Fitri. Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Sampang Djuwardi menjelaskan. pemerintah belum berani menarik retribusi pengun jung Hutan Kera Nepa.
Mereka hanya dikenakan biaya parkir, itu pun dikelola oleh warga yang rumahnya dekat dengan hutan tersebut. Selain itu, mantan Kepala Dinas Koperasi Sampang ini mengatakan, untuk menarik retribusi Hutan Kera Nepa harus ada peraturan daerahnya dulu. “Kita perbaiki dulu Hutan Kera Nepa, biar pantas dan layak jadi tempat rekreasi,” tandasnya. Dihadapkan pada kondisi tersebut. Djuwardi masih menetapkan prospek ter- hadap wisata Hutan Kera Nepa. Sebab, ke depan akan meningkatkan pengelolaan secara maksimal.
Tahun ini kita siapkan fasilitas, prasa- rana jalan, dan perbaikan sarana lain seperti listrik,” janjinya. Juru kunci Hutan Kera Nepa Abd. Aziz. menunggu janji ini. Dia menilai, pemkab tak serius mengelola wisata tersebut. Pasalnya. perawatan pantai dan hutan masih belum ada. Pantai menjadi kotor dan hutan dipenuhi sampah plastik. Menurutnya, pemkab kurang koordinasi dengan pihaknya. Dia menegas- kan, selama koordinasi tidak dibangun akan sulit wisata ini berkembang. Jika ada koordinasi, pihaknya bisa mengatur dan mengondisikan lokasi sesuai dcngan yang direncanakan dan disepakati.