Kerusakan hutan mangrove di pesisir kota Balikpapan dan Penajam Paser Utara Kalimantan Timur sudah pada taraf mengkhawatirkan. Kerusakan hutan mangrove ini diperkirakan mencapai 70 persen akibat perkembangan industry pesisir pantai.
“Data kami bahkan menyebut sudah mencapai 70 persen, ini harus menjadi perhatian,” Direktur Eksekutif Sentra Program Pemberdayaan dan Kemitraan Lingkungan (STABIL) Jufriansyah, Jumat lalu .
Jufriansyah mengatakan adanya tren peningkatan kerusakan hutan mangrove terjadi dalam lima tahun terakhir ini. Pembukaan lahan untuk pelabuhan, tambang maupun perkebunan termasuk merubah wilayah hutan mangrove menjadi kawasan industry jadi factor utama kerusakan lingkungan.
“Kasusnya banyak, tidak ada satu pun yang masuk ke pengadilan, apalagi kena sanksi hingga dipenjara,” ucapnya.
Kerusakan hutan mangrove terjadi di wilayah Balikpapan Barat hingga ke wilayah Utara mencapai 14 ribu hektar. Sedangkan di wilayah Balikpapan Timur kerusakan hutan mencapai 6 ribu hektar.
Jufriansyah mengatakan butuh waktu minimal 5 tahun untuk menumbuhkan kembali kerusakan hutan mangrove. Belum lagi tingginya besaran kerugian materiil akibat kerusakan lingkungan.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Balikpapan Fahruddin mengakui, hutan mangrove di Balikpapan rusak parah. Bahkan kerusakan itu berdampak pada habitat terumbu karang di wilayah pesisir.
Kerusakan itu diakibatkan adanya kegiatan perusahaan yang menyebabkan terjadinya sedimentasi. Kondisi itu juga menyebabkan binatang langka yang hidup dikawasan area hutan mangrove juga terganggu.
“Memang sudah mengalami kerusakan, tapi kita belum bisa berbicara berapa persen kerusakannya. Data itu ketahuan itu dari perusahaan yang menyusun amdal dikawasan itu,” paparnya.
Fahruddin berjanji memperketat ijin amdal di wilayah pesisir Balikpapan. Dia mengungkapkan, hanya akan mengeluarkan ijin amdal, jika perusahaan memiliki komitmen untuk memperbaiki kondisi terumbu karang dan hutan mangrove dikawasan itu.
Peneliti Primata di Teluk Balikpapan dari Universitas Southern Bohemia, Republik Ceko, Stanislav Lhota mengatakan, akibat aktifitas perusahaan di pesisir Balikpapan juga akan mengancam kehidupan biota laut. Karena laju sendimentasi kini mencapai dua meter per tahun. Jika tidak segera diantisipasi kerusakannya akan semakin parah.
“Endapan lumpur tersebut menutupi terumbu karang dan kemudian merusaknya, padahal kan terumbu karang itu tempat hidup dan berkembang biaknya ikan, termasuk hutan mangrove yang ada, sehingga memang kondisinya sudah parah, harus ada langkah-langkah konkrit yang dilakukan pemerintah daerah,” ucapnya.
Sumber : http://newsbalikpapan.com