Pakar hutan dari Tropical Forest Foundation, Art Klassen, mengatakan, Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari berdasar Prinsip dan Kriteria FSC (Forest Stewardship Council) penting untuk keberlanjutan hutan Indonesia.
“Karena itu, Indonesia harus melakukan sertifikasi itu,” kata Direktur Regional Asia Pasifik Tropical Forest Foundation, Art Klassen, di sela-sela acara penandatanganan enam perusahaan HPH untuk mendapatkan sertifikasi FSC di Jakarta.
Sertifikasi perlu dilakukan agar pengusahaan hutan di Indonesia tetap berlanjut dan merupakan tuntutan dari pasar kayu di Eropa dan Amerika.
“Sertifikasi itu sangat berguna membantu perusahaan untuk mencapai standar dan legalitas produk hutan dengan implementasi mengembangkan manajemen kehutanan,” kata Art.
Akan tetapi sulit untuk mendapatkan sertifikasi FSC bagi hutan di Indonesia, karena permasalahan yang kompleks dibandingkan hutan temperate (hutan empat musim).
“Sangat sulit untuk menerapkan standar FSC di Indonesia, ada 9 prinsip dari FSC. Ketika mencoba untuk menerapkan 9 prinsip FSC itu di Indonesia, ada perbedaan yang sangat besar antara hutan di subtropis dengan hutan tropis,” katanya.
Art menjelaskan hutan temperate seperti di Finlandia, Swedia dan Kanada, sangat mudah dibandingkan dengan di Indonesia karena hutan di sana awalnya hanya semak-semak.
“Kalau hutan di Indonesia mempunyai permasalahan yang kompleks, misalnya soal masyarakat yang berdiam di sekitar hutan sehingga ada hak masyarakat adat, isu sosial, isu ilegal logging,” katanya.
Sedangkan Dewan Eksekutif The Borneo Initiative (TBI) Jesse Kuijper mengatakan sampai saat ini ada 8 atau 9 perusahaan dengan luas lahan sekitar sejuta hektare yang telah mempunyai sertifikasi FSC.
Jesse mengatakan penting untuk menerapkan sertifikasi FSC bagi Indonesia.
“Ada pengaruh dari luar yang kuat yaitu menguatnya perhatian dari negara-negara Eropa dan Amerika untuk mengamankan sumber-sumber hutan dan pengelolaan yang sustanaible dengan standar internasional dalam kesempatan tersebut mengatakan mereka akan membantu enam perusahaan tersebut untuk mendapatkan sertifikasi FSC,” katanya.
Jesse mengatakan saat ini apresiasi dan keinginan dari perusahaan timber di Kalimantan makin besar untuk mendapatkan sertikasi FSC.
Pada kesempatan tersebut TBI menandatangani kerja sama dengan enam perusahaan timber di mana TBI akan membantu mereka mendapatkan sertifikasi FSC.
Enam perusahaan tersebut yaitu PT Roda Mas, PT Sarang Sapta Putera, PT Belayan River Timber, PT Indexim Utama Corporation, PT Suka Jaya Makmur dan PT Sarmiento Parakanca Timber.
The Borneo Initiative mengembangkan upaya sertifikasi hutan secara cepat dan berskala besar di Indonesia.
Upaya itu dikatakan cepat karena 50 km persegi hutan di Indonesia rusak setiap hari. Itu berarti dalam setiap menit, kerusakan hutan kita setara dengan 8 kali luas lapangan sepak bola.
Menurut data FAO, Indonesia, Meksiko, Papua Nugini, dan Brazil merupakan negara yang memiliki tingkat deforestasi tertinggi.
Tujuan TBI adalah menuju sertifikasi FSC secara cepat dan berskala besar bagi hutan Indonesia, sertifikasi ini dimulai dari hutan Borneo.
Sejuta juta hektare hutan bersertifikasi FSC di Indonesia (600,000 hektar di antaranya ada di Borneo) akan dikembangkan menjadi 3,3 juta hektar di 2013 dan 5 juta di 2015.
Sumber : http://www.merdeka.com