Minyak cengkeh di Australia dikenal sebagai pencegah timbulnya jamur di berbagai permukaan, seperti baju dari kulit, karpet, dan juga perabotan dapur. Begitu digemarinya minyak ini, hingga toko-toko di Kota Darwin kehabisan persediaan. Kebanyakan minyak cengkeh ini berasal dari Indonesia.
Kota Darwin mendapat sekitar 700 milimeter hujan sejak awal 2014. Penduduk kota itu pun sibuk berbelanja produk-produk yang mencegah timbulnya jamur di rumah.
Salah satu pencegah jamur yang terkenal adalah minyak cengkeh. Namun, karena begitu banyak yang membeli produk ini, banyak toko kehabisan stok.
“Akhir-akhir ini cukup sibuk, banyak yang ingin membeli minyak cengkeh. Kita sepertinya selalu kehabisan stok,” cerita Bree, yang bekerja di salah satu apotik kota itu, “Tapi ini baik untuk bisnis.”
Kepala bagian Pengembangan Produk Perusahaan Oil of Cloves, Paul Shaw, mengatakan bahwa periode ini tiap tahun dikenal dalam industri sebagai ‘musim jamur.’
“Di Australia saat ini, permintaan amat kuat, dan bisa saja terjadi kekurangan [minyak cengkeh] di bulan-bulan ini,” ucapnya, ” Darwin, beberapa kawasan di Queensland, di situlah jamur paling mudah tumbuh. Di iklim-iklim lembab.”
‘Musim jamur’ tahun ini cukup bagus, dan dampaknya mengalir ke petani cengkeh, yang kebanyakan berada di Indonesia. Menurut Shaw, tidak ada produksi cengkeh komersial di Australia.
“Pohon cengkeh berasal dari Indonesia, dan butuh iklim yang amat hangat, lembab, tropis,” ucapnya, ” Jadi, tumbuhannya di tanam di sana, dan minyaknya biasanya diproduksi di dekat perkebunan itu untuk menjaga biaya transportasi tetap rendah, terutama karena banyaknya bahan yang dibutuhkan untuk membuat sebotol minyak cengkeh”.
Di dunia, sekitar 50.000 ton minyak cengkeh diproduksi tiap tahun. Permintaan melonjak saat terjadi banjir yang mempengaruhi populasi-populasi berukuran besar, misalnya banjir di Brisbane yang terjadi dua tahun lalu.
Sumber: tribunnews.com