Melihat Prospek Sektor Saham Perkebunan

Rate this post

Jakarta – Sektor saham perkebunan masih cenderung lesu sepanjang 2015. Tercatat kinerja sektor saham perkebunan melemah 32,02 persen ke level 1.596,27 secara year to date. Awan mendung masih meliputi sektor saham perkebunan ini tak lepas dari harga minyak kelapa sawit/crude palm oil (CPO) masih melemah ditambah pasokan terus melebihi permintaan.

Mengutip riset PT BNI Securities pada 28 Agustus 2015, dalam kurun waktu 1991-2000, rata-rata permintaan minyak kelapa sawit mencapai 829.400 ton per tahun. Angka ini pun terus meningkat menjadi 2,34 juta ton pada 2001-2010. Setelah mencapai rekor rata-rata 3,25 juta ton ternyata tidak terserap pada 2011, harga minyak kelapa sawit pun turun dari rata-rata US$ 1.111 per ton pada 2011 menjadi US$ 664 per ton pada semester I 2015.

Kendati demikian, ada sentimen yang dapat mendongkrak kinerja emiten perkebunan. Salah satunya program biodiesel. Minyak kelapa sawit menjadi salah satu minyak nabati yang banyak dikonsumsi dengan kontribusi 40,6 persen dari total konsumsi minyak nabati. Permintaan naik dua kali lipat dari 30,38 juta ton minyak sawit pada 2004 menjadi 60,27 juta ton yang diperkirakan pada 2015. Kenaikan sebagian didorong dari penerapan biofuel yang telah diamanatkan di sejumlah negara.

Pemerintah Indonesia pun memutuskan menambah kandungan biodiesel dalam solar sebanyak 5 persen. Penambahan kandungan biodiesel pada solar dari 10 persen menjadi 15 persen sejak April 2015.

Pemerintah Indonesia juga telah membentuk Badan Layanan Umum (BLU) untuk menjalankan program pungutan pengembangan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) supporting fund. Badan ini bernama Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit pada 15 Juni 2015.

Pembentukan badan ini bertujuan untuk mempercepat pemanfaatan BBN jenis bio diesel dari bahan baku hasil industri kelapa sawit. Dana dipungut sekitar US$ 50 per ton untuk CPO dan US$ 30 per ton untuk minyak sawit olahan.

Meski harga minyak mentah turun diikuti biofuel, penggunaan biodiesel masih aktif digencarkan di Indonesia. Pemerintah menargetkan kebutuhan campuran biodiesel mencapai 30 persen pada 2020. Indonesia diasumsikan akan mencapai target biodiesel sehingga berdampak bagi ekonomi Indonesia, dan berpengaruh kepada harga. FAO juga memproyeksikan produksi minyak nabati Indonesia akan meningkat sekitar 2,5 persen dengan dukungan sejumlah kebijakan.

Analis PT BNI Securities Yasmin Soulisa menuturkan El Nino yang terjadi sejak awal Juni dapat mendongkrak harga minyak kelapa sawit. El Nino terjadi mengakibatkan musim kemarau panjang di Indonesia. Cuaca ekstrim akan mempengaruhi volume produksi minyak sawit selama 6-9 bulan.

“Meski pun secara umum akan mempengaruhi persediaan sehingga menaikkan harga meski tipis, tapi kami yakin dampaknya tidak akan signifikan pada 2016,” ujar Yasmin, dalam ulasannya, Rabu (2/9/2015).

Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan kalau dampak El Nino akan membuat harga CPO sedikit naik.

Sumber: bisnis.liputan6.com

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?