Jakarta – Djoko Kirmanto menyimak serius. Menteri Pekerjaan Umum itu memperhatikan setiap keterangan yang disampaikan stafnya saat berkunjung ke Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Rabu pekan lalu. Tak lupa ia mencatat point penjelasan yang disampaikan.
Usai menyimak, Djoko kemudian mengingatkan Kepala Pusat Pembinaan, Panani Kesai agar mengoptimalkan upaya peningkatan daya saing tenaga konstruksi.
Misalnya, memaksimalkan kerja sama dengan Departemen Pekerjaan Umum Malaysia untuk melatih para pekerja konstruksi Indonesia yang mencapai 250.000 orang. “Ini merupakan pintu masuk untuk menguasai pasar Asean,” kata Djoko.
Menurut dia, dunia konstruksi dalam negeri harus bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang mulai berlaku tahun depan.
Untuk itu, Badan Pembina Konstruksi bertanggung jawab melakukan peningkatan standar kemampuan para pekerja konstruksi. Untuk di Malaysia, kerja sama dengan Construction Industry Development Board (CIDB) Malaysia pintu masuknya.
Djoko menyatakan sertifikasi ini akan menyetarakan pendapatan para pekerja Indonesia di Malaysia yang jumahnya mencapai 57% dari pekerja konstruksi di Malaysia.
Saat ini pekerja konstruksi Indonesia baru dibayar sekitar 40 ringgit perhari. Dengan sertifikasi ini maka pendapatan mereka akan naik hingga dua kali lipat.
Tak hanya penguatan yang di luar, pasar konstruksi Indonesia juga harus bersiap. Bagaimana tidak, pada 2014 ini, dari Rp1.600 triliun perputaran uang di pasar konstruksi Asean, sebanyak Rp600 triliun atau 37,5% merupakan pasar konstruksi Indonesia.
Angka ini akan terus tumbuh pada 2015. Pasar konstruksi Indonesia akan menyentuh angka Rp800 triliun.
Bila dunia konstruksi tanah air tak siap bersaing, dipastikan kontraktor asing berduyun-duyun datang ke Indonesia setelah dibukanya Masyarakat Ekonomi Asean pada 2015. “Kalau orang tidak kompeten, tak akan bisa bersaing dalam pasar yang profesional,”
Kepala Badan Pembina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini mengatakan pasar terbesar konstruksi justru ada di lingkungan swasta.
Adapun konstruksi pemerintah nilainya sangat terbatas. Misalnya pada 2014, anggaran pekerjaan konstruksi pemerintah hanya Rp226 triliun.
Hediyanto mengatakan agar pasar Indonesia tidak didominasi asing, diperlukan setidaknya 100.000-200.000 tenaga ahli yang kompetensinya diakui agar pasar konstruksi yang besar ini tidak dikuasai asing.
Saat ini tenaga ahli yang ada di Indonesia hanya 40.000 orang yang berizin dan 105.000 badan usaha. “Sementara jumlah pekerja yang bergantung pada bidang konstruksi mencapai 6 juta orang.”
Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bobby Gafur Umar sependapat dengan Hediyanto. Dia mengingatkan para insinyur untuk memperkuat daya saing menghadapi pasar bebas Asean ini.
Dia berharap tak ada lagi tenaga ahli yang memiliki catatan miring seperti membangun jalan yang selalu cepat rusak, bangunan yang tidak pernah berhenti diperbaiki ataupun jembatan rubuh.
Bobby juga mengingatkan para Insinyur agar lebih percaya diri menghadapi pasar bebas Asean karena memang memiliki keahlian.
Karena itu, dia meminta tenaga ahli konstruksi segera mengurus sertifikasi sebagai syarat administratif agar dapat bersaing di pasar Asean.
“Hingga bulan lalu, Indonesia hanya memiliki sedikit tenaga ahli yang sesuai dengan standar mutual recognition arrangement,” tutur CEO Bakrie and Brother ini. Dari catatan PII di Indonesia hanya terdapat 170 insinyur yang memenuhi MRA.
Dunia kontruksi Tanah Air sebenarnya tak perlu gusar menghadapi MEA mulai 2015 nanti. Tenaga ahli dalam negeri sebenarnya sudah menunjukkan kemampuan dalam membangun mega konstruksi yang berstandar internasional.
Pekerjaan Mega Proyek seperti Jembatan Merah Putih di Pulau Ambon yang memiliki bentang sepanjang 1 Kilometer merupakan bukti kehandalan konstruksi lokal. Juga ada pembangunan Jembatan Layang Kelok Sembilan yang menghubungkan provinsi Sumatera Barat dan Riau, jalan tol atas laut di Bali yang sangat indah, hingga waduk raksasa di Jatigede.
Selain di dalam negeri, para pelaku usaha konstruksi Indonesia juga sudah melebarkan sayapnya hingga Timur Tengah.
Pekerjaaan renovasi Komplek Masjidil Haram di Arab Saudi dan pembangunan jalan tol di Aljazair merupakan contoh sukses ekspansi dunia konstruksi tanah air.
Dengan prestasi ini, tentu MEA 2015 bukan lagi kendala yang harus dicemaskan. Tinggal bagaimana dunia konstruksi dalam negeri bersiap menghadapinya.
Sumber: bisnis.com