Mojokerto – Memacu pertumbuhan industri di dalam negeri menjadi kunci utama untuk meningkatkan perekonomian. Karena beberapa kalangan pengamat ekonomi mengatakan sebaiknya pemerintah memacu industri yang menggunakan bahan baku lokal. Karena dengan cara tersebut, dapat menekan impor dan mencegah defisit neraca perdagangan lebih besar. Terlebih lagi, dengan pengembangan ini, industri dalam negeri akan memiliki daya saing lebih tinggi karena lebih banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat mengungkapkan hilirisasi industri agro atau yang berbahan baku dari lokal mutlak harus dilakukan. “Namun, hingga kini memang masih ada sejumlah hambatan untuk melakukan hilirisasi produk agro. Hal itu terkait, masih besarnya ekspor produk agro dalam keadaan mentah,” ujarnya saat melakukan kunjungan kerja ke salah satu perusahaan yang memproduksi krimer dari bahan baku glukosa (turunan tapioka) dan minyak nabati (turunan Palm Kernel Oil) dengan tujuan mendukung program hilirisasi sumberdaya alam menjadi produk bernilai tambah di dalam negeri di Mojokerto, Jawa Timur, akhir pekan kemarin.
Lebih lanjut, Hidayat menerangkan kendala hilirisasi industri agro juga sangat terpengaruh dengan ketersedian bahan baku yanga ada, akan tetapi faktor tren peningkatan harga komoditas agro di pasar internasional memicu maraknya ekspor dalam keadaan mentah. “Lima komoditas agroindustri memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki daya saing tinggi di pasar internasional. Sebab, tidak banyak negara memproduksi komoditas tersebut. Lima komoditas tersebut adalah kelapa sawit, karet, kakao, rotan, dan rumput laut,” jelas Hidayat.
Strategi Hilirisasi
Di tempat berbeda, Ekonom Indef, Didik J Rachbini mengatakan kalau sudah seharusnya pemerintah perlu memiliki strategi pengembangan terutama dalam hilirisasi komoditas agro yang memiliki daya saing tinggi tersebut, agar tidak diekspor dalam keadaan mentah. “Harus ada strategi khusus terhadap beberapa komoditas unggulan tersebut,” ujar Didik.
Untuk lebih mendorong pengembangan industri agro berbasis lima komoditas tersebut, menurut Didik, perlu upaya serius dalam percepatan pembangunan infrastruktur terutama jalan dan fasilitas logistik, membatasi atau melarang ekspor bahan mentah, meminimalisasi hambatan birokrasi, serta dukungan pembiayaan.
Hal senada juga diungkap Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latief Adam. Menurutnya untuk menekan laju bahan baku impor pemerintah harus melakukan penguatan sektor industri hulu nasional dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal sebagai bahan baku secara maksimal untuk menekan lajunya impor bahan baku. “Pemerintah kurang memanfaatkan bahan baku lokal. Padahal, dengan cara seperti ini dapat mengurangi impor bahan baku yang selama ini masih cukup tinggi,” ujar Latief.
Lebih lanjut Ekonom dai LIPI ini mengatakan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, Indonesia harus segera menjalankan program hilirisasi industri dengan berbasis mineral logam.“Selama ini, pemerintah mempunyai roadmap yang jelas mengenai hilirisasi industri berbasis mineral logam. Hal ini harus segera dijalankan dan pemerintah bisa menarik investasi dari dalam maupun luar negeri,” katanya.
Lonjakan impor terjadi, lanjut Latief, karena beberapa waktu yang lalu telah terjadi kasus penahanan ribuan kontainer berisi scrap impor di pelabuhan yang menyebabkan produsen baja nasional mengganti bahan baku dengan billet yang harganya jauh lebih mahal.“Lonjakan impor yang didominasi bahan baku dan barang modal didorong oleh realisasi sejumlah proyek dan investasi,” ujarnya.
Sekedar informasi, industri agro di Indonesia mempunyai peluang dan kelebihan untuk dapat dikembangkan karena banyak hal. Bahan bakunya seperti rotan, kelapa sawit, karet, kakao ketela pohon, sagu, buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman perkebunan, ikan laut dan hasil hutan mempunyai potensi berlimpah.
Sebagian besar penduduk indonesia tergantung dari sektor pertanian. Kandungan bahan baku industri agro yang berasal dari impor sangat rendah. Usaha agroindustri terutama sektor pertanian mempunyai keunggulan komparatif.
Pada era perdagangan bebas, tidak ada lagi restriksi terutama restriksi non tarif sehingga pengembangan pasar ke luar negeri mempunyai peluang yang besar. Meskipun mempunyai peluang dan kelebihan yang tinggi agroindustri masih dihadapkan pada berbagai permasalahan baik permasalahan yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri.
Permasalahan di dalam negeri antara lain kurang tersedianya bahan baku secara kontinyu, kurang nyatanya peran agroindustri di pedesaan, kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri, kurangnya fasilitas permodalan, keterbatasan pasar, lemahnya infrastruktur, kurangnya penelitian dan pengembangan produk, lemahnya keterkaitan antara industri hulu dan industri hilir, kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing, lemahnya entrepreneurship.
Permasalahan yang berasal dari luar negeri merupakan dampak dari adanya perdagangan bebas. Pada era perdagangan bebas semua negara mempunyai peluang yang sama sehingga masing-masing negara akan bersaing memperebutkan pasar dunia. Tiap-tiap negara akan berusaha meningkatkan kualitas dan efisiensi produknya agar mempunyai keunggulan komparatif dan kempetitif, sehingga hanya negara majulah yang akan memenangkan persaingan tersebut. Negara-negara maju, dengan alasan melindungi kesehatan dan keselamatan konsumen telah menetapkan standar mutu internasional.
Sumber: neraca.co.id