Pemerintah Provinsi Sumatera Utara beralasan penyebab utama melemahnya pertumbuhan investasi di daerah tersebut adalah infrastruktur yang masih minim.
Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatra Utara menilai pertumbuhan investasi masih terhambat oleh minimnya ketersediaan infrastruktur.
Padahal diyakini potensi sektor ekonomi sebagai tujuan investasi masih sangat besar.
Kepala BPMP Sumut Purnama Dewi mencontohkan infrastruktur yang mendesak diperlukan yakni jalan tol Trans Sumatra, dan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Kedua infrastruktur tersebut merupakan penghubung yang krusial ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
“Tentu juga beberapa infrastruktur di masing-masing kabupaten dan kota. Tapi terutama dua itu. Kita tidak bisa berharap dari pemda lagi, karena ini masuk ke program nasional kan,” ujar Purnama.
Dewi menyebutkan, Kalimantan Timur yang memeroleh dana bagi hasil dari sektor pertambangan. Sementara itu, hingga saat ini Sumut belum juga mendapatkan DBH dari perkebunan dan PBB.
“Sumut membutuhkan perhatian dan dukungan dari pemerintah pusat. Percepat pembangunan Trans Sumatra dan Kuala Tanjung. Sudah banyak investor tertarik ke Sumut,” tambahnya.
Total investasi di Sumut sepanjang semester I 2014 tak memenuhi ekspektasi BPMP kendati hampir memenuhi target realisasi pada tahun ini yakni Rp6,47 triliun.
Target realisasi yang ditetapkan BKPM terhadap Sumut yakni Rp13,1 triliun.
Total investasi tersebut terdiri dari Rp3,54 triliun penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan Rp2,92 penanaman modal asing (PMA).
Dewi menjelaskan, pada kuartal I 2014, laju pertumbuhan investasi Sumut melambat hampir 50% yakni hanya Rp1,84 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada 2013 Rp3,67 triliun.
“Kondisi ekonomi yang melambat di nasional dan Sumut selama semester I/2014 berpengaruh signifikan. Tapi saya melihat investasi masih tumbuh, terutama pada kuartal II 2014 di Sumut justru lebih tinggi dari tahun lalu yakni Rp4,62 triliun,” ucapnya.
Dia memerinci, pada kuartal II 2014, PMDN mendongkrak pertumbuhan investasi menjadi Rp2,98 triliun dari Rp559 miliar.
Langkat menjadi tujuan utama investasi dalam negeri dengan total Rp2,88 triliun diikuti Medan Rp63,72 miliar.
Sementara itu, untuk PMA, Medan menjadi tujuan utama dengan total 38 proyek senilai Rp505,28 miliar, disusul Simalungun Rp501,86 miliar dan Labuhan Batu Rp238 miliar.
“Industri kimia dan farmasi banyak dilirik oleh investor asing. Totalnya mencapai Rp890,17 miliar. Lalu, perkebunan Rp407,19 miliar. Sementara itu, untuk PMDN, sektor jasa unggul Rp2,88 triliun, dan perkebunan Rp32,18 miliar,” lanjut Dewi.
Berdasarkan asal investor, Belanda menduduki posisi teratas dengan total investasi Rp494,86 miliar, kemudian Malaysia Rp397,59 miliar dan Luksemburg Rp223,54 miliar
Sumber: sumatra.bisnis.com