Era perdagangan bebas, memang tidak dapat dihindari lagi. Untuk itu pemerintah dituntut melakukan berbagai upaya, agar produk dalam negeri tidak tergerus oleh produk impor yang saat ini telah membanjiri pasar dalam negeri. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian gencar memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam negeri dengan terus meningkatkan mutu produk-produk dalam negeri agar lebih berkualitas. Misalnya dengan menggiatkan Pameran Produk Indonesia (PPI) dengan tujuan memberitahu ke masyarakat dalam negeri, kalau produk lokal juga berkualitas internasional.
Di salah satu stand pameran, ada produsen gitar listrik dan akustik asal Bandung yang sangat unik, dan diberi merek, stranough. Produsennya adalah Muhammad Satrianugraha, atau sapaan akrabnya Hanung. Produksi gitarnya laris terjual di pusat penjualan di Belanda. Gitar stranough Lapstik yang juga dijuluki sebagai gitar traveling ini memang lain daripada yang lain. Berukuran hanya separuh atau maksimal tiga perempat dibandingkan dengan ukuran normal sehingga sangat ringan.
Gitar stranough Lapstik begitu digandrungi dan dijual di hampir semua benua karena praktis dan begitu mudah disimpan di balik jaket. Gitar mungil ini semakin menarik karena dilengkapi dengan energi baterai sehingga bisa langsung disambung ke headphone.
Di perjalanan, pemiliknya bisa memetik gitar Lapstik dengan suara yang dialirkan ke headphone dan dijamin tak akan mengganggu teman seperjalanan. Berlatih musik sambil mengisi waktu luang dalam sebuah perjalanan pun menjadi mudah dan menyenangkan.
Tak seorang pun bakal mengira bahwa gitar secantik itu ternyata buatan tangan anak negeri. Pesanan gitar bermerek Lapstik mendatangi Hanung pada 2002 ketika ia masih mahasiswa dan baru merintis usaha sebagai pembuat gitar.
Pesanan dari Belanda itu datang secara online dengan menyertakan gambar gitar mungil. Begitu menyelesaikan pesanan sesuai gambar, Hanung mengirim gitar buatannya tanpa uang muka sama sekali. ”Karena unik, saya bikin. Ikhlas saja seandainya tak dibayar,” kata Hanung saat berbincang santai dengan Neraca di Bandung, akhir pekan lalu.
Disisi lain, masyarakat semakin bangga terhadap produk-produk dalam negeri. Hal tersebut terlihat dari antusiasme para pengunjung Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2014 yang berlangsung selama empat hari (22 – 25 Mei 2014) di Harris Conventions Festival Citylink, Bandung.
Berdasarkan data hingga penutupan PPI 2014 (Minggu, 25 Mei 2014 pukul 22.00 WIB) tercatat jumlah pengunjung setiap harinya terus meningkat, pada hari pertama Kamis (22/5) mencapai 2.692 orang, hari kedua Jum’at (23/5) mencapai 2.997 orang, hari ketiga Sabtu (24/5) mencapai 5.084 orang, dan hari Minggu (25/5) mencapai 6.294 orang. Total jumlah pengunjung PPI 2014 sebanyak 17. 067 atau meningkat signifikan dibanding PPI 2013 sebanyak 8.497 orang.
Pengunjung tidak hanya berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya (Jabodetabek), tetapi juga berasal dari Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Padang, dan Bali. Bahkan, ada yang berasal dari negara Malaysia, Singapura, Australia, Jepang, dan India. Antusiasme pengunjung tersebut berkat informasi yang disebarluaskan melalui media massa dan media sosial, dimana mereka memang sedang berburu barang-barang berkualitas dari Indonesia
“Saya merasa bangga produk-produk unggulan kita sudah mampu bersaing dengan dengan produk luar negeri, bahkan ternyata juga banyak yang sudah diekspor. Saya berharap kepada pemerintah agar terus mendukung pengembangan inovasi, kreativitas, dan teknologi guna mendorong pertumbuhan industri nasional,” kata Ayu Dewi, pengunjung asal Bali.
Sebagian besar komentar peserta mengaku puas dan senang setelah dilibatkan dalam penyelenggaraan PPI 2014, karena selain dapat mempromosikan produk-produk unggulannya, juga menambah pelanggan dan mitra bisnis baru.
Salah satunya diungkapkan Nurul Hidayat dari Larisha, produsen baju batik dan craft, “Selain promosi produk dan memperluas pasar, kami juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa desain kami yang mengkombinasikan kain batik dan tenun nusantara bisa menjadi fashion modern dan trendi dengan nilai tambah tinggi. Kami memberikan apresiasi kepada Kementerian Perindustrian atas diselenggarakannya PPI 2014 di Bandung, dan kami berharap untuk tahun selanjutnya bisa diselenggarakan di kota-kota lainnya, seperti Surabaya atau Makasar,”ujarnya.
Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari mengatakan, Pameran Produksi Indonesia (PPI) akan diperluas dengan skala lebih besar pada tahun depan yang diharapkan dapat menunjukkan kemajuan yang telah dicapai industri nasional selama ini. “Tahun depan PPI akan kami selenggarakan lebih besar dari ini,”kata Ansari saat peninjauan stand PPI 2014 di Bandung.
PPI juga diharapkan dapat menjadi ajang yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang kemampuan industri nasional dalam menghasilkan produk-produk unggulan baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Jumlah transaksi PPI 2014 mencapai Rp. 664.381.400. Namun, kegiatan PPI ini memang tidak mentargetkan besarnya nilai transaksi atau omzet penjualan, karena tujuan utamanya adalah mengedukasi masyarakat untuk mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, sekaligus sebagai sarana unjuk kemampuan industri dalam negeri sebagai upaya membangun terwujudnya kemandirian industri nasional.
Sumber: neraca.co.id