China Produksi Barang Mewah AS: Rhenald Kasali Jelaskan Fakta Tersembunyi

Sektor manufaktur dan ritel global kembali dihebohkan oleh isu yang mengusik persepsi konsumen terhadap barang mewah. Ketika informasi bahwa barang-barang berlabel eksklusif asal Amerika ternyata diproduksi di China dengan biaya sangat rendah beredar luas.

Isu ini menjadi viral setelah sebuah video dari kreator konten asal Tiongkok mengungkap rincian biaya produksi dari berbagai merek ternama. 

Video tersebut menuai berbagai reaksi dari warganet di seluruh dunia, termasuk Indonesia, karena memunculkan narasi bahwa barang mahal ternyata tak semahal proses pembuatannya. 

Dalam video yang beredar menunjukkan data bahwa berbagai produk fashion mewah yang dijual hingga ribuan dolar ternyata dibuat dengan biaya produksi tak lebih dari puluhan dollar.

Sebagai contoh, sebuah jaket brand Amerika yang dijual seharga USD 1.450 diketahui hanya membutuhkan biaya produksi sekitar USD 35 saat dibuat di China. 

Video ini dengan cepat menjadi viral dan membuka mata banyak konsumen tentang praktik nyata di balik industri mewah global. Banyak orang mulai mempertanyakan nilai sejati dari produk yang mereka beli, apakah memang karena kualitas atau karena pencitraan merek.

 

Baca juga : Mengenal Supply Chain Management: Pengertian, Manfaat, Proses dan Contohnya

 

Istilah Peluru Nyasar Rhenald Kasali

Pakar manajemen dan guru besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, memberikan tanggapan kritis terhadap isu ini. Menurutnya, narasi yang hanya menyoroti biaya produksi sebagai satu-satunya komponen penentu harga adalah bentuk miskonsepsi umum dalam melihat rantai nilai produk.

Rhenald menyebut bahwa barang mewah tidak semata-mata dinilai dari komponen fisik atau biaya produksinya, melainkan dari keseluruhan proses penciptaan nilai yang kompleks. 

Hal ini mencakup inovasi desain, investasi pada riset pasar, pengelolaan brand, serta pengaruh psikologis yang dibentuk melalui storytelling dan eksklusivitas. 

Ia menyebut narasi yang dilontarkan dalam video tersebut sebagai “peluru nyasar”, karena hanya mengenai satu aspek teknis kecil namun gagal memahami konteks besar dari strategi bisnis global. 

Konsumen perlu lebih melek terhadap kompleksitas ekosistem ekonomi yang melahirkan produk-produk premium, bukan hanya terpaku pada angka biaya produksi.

 

Baca juga : 5 Komponen Utama Pembentuk Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Bagaimana Supply Chain Management dari IPQI Membantu Perusahaan Anda?

Munculnya isu ini memperlihatkan bahwa pemahaman akan rantai pasok (supply chain) sangat penting, tidak hanya bagi produsen, tetapi juga bagi konsumen yang ingin memahami nilai produk secara menyeluruh. Rantai pasok modern tidak hanya tentang efisiensi biaya, tetapi juga pengelolaan mutu, keberlanjutan, hingga persepsi konsumen.

IPQI kembali menyelenggarakan program pelatihan Supply Chain Management yang dirancang bagi para profesional di bidang manufaktur, distribusi, dan manajemen operasi. 

Training Supply Chain ManagementTopik Pelatihan Utama

  • Pengantar Supply Chain dan Strateginya
  • Manajemen Permintaan dan Perencanaan Produksi
  • Manajemen Inventori dan Distribusi
  • Sistem Informasi Supply Chain dan Digitalisasi
  • Indikator Kinerja Supply Chain (KPI)
  • Strategi Kolaborasi dengan Pemasok dan Pelanggan
  • Simulasi dan Studi Kasus Supply Chain Terkini 

Melalui pelatihan ini, perusahaan dapat membangun keunggulan kompetitif tanpa mengorbankan kualitas produk dan integritas merek. Program ini sangat relevan bagi perusahaan yang ingin menekan biaya namun tetap menjaga standar global dalam menghadirkan produk ke konsumen.Untuk mendaftar dan mendapatkan informasi lebih lanjut [Klik di Sini].

 

Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.