Di dunia kerja, kegagalan atau masalah seringkali muncul bukan karena satu faktor tunggal, tetapi gabungan beberapa penyebab. Banyak tim cenderung hanya memperbaiki gejala tanpa menelusuri akar masalah.
Salah satu alat paling efektif untuk menemukan akar penyebab secara sistematis adalah Diagram Fishbone atau Ishikawa Diagram. Alat ini membantu tim melihat masalah dari berbagai sisi, sehingga solusi yang dihasilkan lebih tepat sasaran.
Artikel ini akan membahas 5 langkah praktis membuat diagram Fishbone, contoh penerapannya, dan rekomendasi pelatihan dari IPQI Indonesia untuk meningkatkan kemampuan analisis masalah.
Apa Itu Diagram Fishbone
Diagram Fishbone adalah metode visual yang menyerupai tulang ikan, di mana kepala ikan menunjukkan masalah utama, sedangkan tulang-tulangnya mewakili kategori penyebab.
Tujuan utama diagram ini adalah membantu tim berpikir secara menyeluruh dan menghindari fokus yang sempit pada satu faktor saja. Dengan begitu, solusi yang dibuat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
Kategori penyebab biasanya dibagi berdasarkan jenis organisasi:
- 6M untuk manufaktur
Man, Machine, Material, Method, Measurement, Mother Nature
- 4S untuk jasa
Surroundings, Suppliers, Systems, Skills
5 Langkah Praktis Membuat Diagram Fishbone
1. Identifikasi Masalah Utama
Langkah pertama adalah menuliskan masalah dengan jelas dan spesifik. Misalnya: “Tingkat keterlambatan pengiriman meningkat 20% dalam 3 bulan terakhir.”
Masalah harus dapat diukur agar tim bisa menilai efektivitas solusi nanti. Fokus pada satu isu utama agar diagram tetap sederhana dan mudah dianalisis.
2. Gambarlah Diagram Utama
Buat garis horizontal sebagai tulang punggung ikan, lalu tuliskan masalah di ujung kanan sebagai kepala ikan.
Garis horizontal ini menjadi kerangka utama, sedangkan cabang-cabang nantinya akan mewakili kategori penyebab yang berbeda. Visualisasi ini memudahkan tim melihat hubungan sebab-akibat secara keseluruhan.
3. Tentukan Kategori Penyebab Utama
Dari tulang punggung, buat beberapa cabang besar sesuai kategori: 6M untuk manufaktur atau 4S untuk jasa.
Kategori ini membantu tim mengelompokkan penyebab sehingga tidak ada faktor penting yang terlewat. Misalnya, di sektor manufaktur, faktor “Machine” bisa mewakili kondisi mesin atau alat yang bermasalah.
4. Lakukan Brainstorming Penyebab Spesifik
Libatkan tim lintas departemen untuk mengisi cabang-cabang dengan penyebab lebih detail berdasarkan data, pengalaman, atau pengamatan lapangan.
Gunakan metode seperti 5 Why’s untuk menelusuri setiap penyebab hingga ke akar masalah. Dengan brainstorming, tim bisa menemukan faktor yang tidak terlihat pada analisis awal.
5. Susun Rencana Perbaikan
Setelah akar masalah teridentifikasi, buat tindakan korektif yang realistis dan terukur. Tetapkan siapa yang bertanggung jawab dan kapan tindakan harus dilaksanakan.
Pantau hasilnya untuk memastikan solusi benar-benar efektif dan masalah tidak muncul kembali. Dokumentasi ini juga berguna untuk evaluasi dan continuous improvement.
Baca juga : Teknik Fishbone Diagram untuk Analisis Akar Penyebab Masalah Kualitas
Contoh Penerapan Diagram Fishbone
Misalnya, sebuah perusahaan logistik menghadapi masalah “Keterlambatan Pengiriman Barang ke Pelanggan”.
Hasil analisis Fishbone:
- Man (Manusia)
Kurangnya pelatihan sopir dan staf gudang - Machine (Mesin)
Kendaraan sering rusak karena perawatan tidak rutin - Method (Metode)
Jadwal pengiriman tidak disesuaikan kapasitas armada - Material (Bahan/Dokumen)
Dokumen pengiriman sering tidak lengkap - Measurement (Pengukuran)
Tidak ada KPI untuk waktu pengiriman - Mother Nature (Lingkungan)
Cuaca buruk di beberapa wilayah
Berdasarkan analisis ini, perusahaan bisa menyusun rencana aksi, misalnya penerapan sistem tracking digital, penjadwalan ulang armada, dan program pelatihan staf.
Baca juga : Menggali Akar Masalah Bisnis: Panduan Lengkap Menggunakan Diagram Ishikawa (Fishbone)
Rekomendasi Pelatihan: IPQI Indonesia
Untuk meningkatkan kemampuan Root Cause Analysis dan penerapan Diagram Fishbone, IPQI Indonesia menyediakan pelatihan:
- Lean Six Sigma (Yellow, Green, Black Belt Certification) → mempelajari continuous improvement dan problem solving
- Root Cause Analysis & Problem Solving Tools → fokus pada identifikasi akar masalah dan solusi praktis
- Quality Control Circle (QCC) & Kaizen Implementation → membangun budaya perbaikan berkelanjutan
- ISO 9001:2015 Quality Management System → memahami standar manajemen mutu yang sistematis
- Continuous Improvement & Productivity Enhancement Program → mengoptimalkan proses kerja dan produktivitas
Peserta akan mampu mengidentifikasi akar masalah, mengoptimalkan proses, dan membangun budaya perbaikan berkelanjutan di tempat kerja.
Kesimpulan
Diagram Fishbone bukan sekadar alat visual, tapi pendekatan berpikir sistematis untuk menemukan akar masalah. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas dan didukung pelatihan IPQI:
- Tim dapat mengidentifikasi penyebab kegagalan secara menyeluruh
- Solusi yang dibuat lebih tepat sasaran dan berkelanjutan
- Budaya continuous improvement dapat dibangun di seluruh organisasi
FAQ
- Apa itu Diagram Fishbone?
Metode visual untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menelusuri akar penyebab masalah di tempat kerja. - Kapan harus menggunakan Diagram Fishbone?
Saat menghadapi masalah kompleks yang melibatkan banyak faktor dan ingin menemukan akar penyebabnya. - Apa bedanya Fishbone dengan 5 Why’s?
Fishbone memetakan penyebab secara visual dan terstruktur, sedangkan 5 Why’s menelusuri penyebab spesifik hingga akar masalah. - Pelatihan IPQI cocok untuk siapa?
Profesional manajemen mutu, supervisor, manajer operasional, dan semua yang ingin meningkatkan kemampuan problem solving dan continuous improvement.










