Supply chain atau rantai pasok menjadi salah satu elemen vital dalam keberhasilan produk. Namun, apa jadinya jika supply chain ini gagal?
Nah, studi kasus kegagalan Boeing 737 MAX menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya manajemen rantai pasok yang solid dan efektif. Yuk, kita telaah lebih dalam masalah yang terjadi dan bagaimana solusinya!
Kegagalan Supply Chain Boeing 737 MAX
Sejak peluncurannya, Boeing 737 MAX menghadapi sejumlah tantangan yang berujung pada dua kecelakaan tragis pada 2018 dan 2019, menewaskan 346 orang. Beberapa pakar dan analis sepakat, bahwa penyebab utamanya adalah kegagalan sistem MCAS, sebuah software yang dirancang untuk membantu mengendalikan pesawat agar tidak stall. Tapi, masalah ini ternyata lebih dalam dari sekadar kegagalan teknologi.
Jurnal ‘Boeing 737 MAX: A case study of failure in a supply chain using system of systems framework’ yang ditulis Jennifer Kuczynski dan kawan-kawan menyebutkan, Boeing mengandalkan lebih dari 600 pemasok dari seluruh dunia untuk memproduksi komponen pesawat ini.
Selain itu, dalam jurnal disebut, ketika menerapkan supply chain mereka tanpa koordinasi dan pengawasan yang ketat, akibatnya,Boeing mengalami masalah dalam integrasi antar sistem yang berbeda-beda. Kemudian, Kurangnya pelatihan bagi pilot juga memperburuk situasi, karena mereka tidak dilengkapi dengan pengetahuan memadai untuk menangani kegagalan MCAS.
Baca juga : 5 Komponen Utama Pembentuk Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
Masalah Utama di Supply Chain Boeing 737 MAX
- Kurangnya Sentralisasi: Boeing mengandalkan sistem desentralisasi dalam supply chain, di mana setiap pemasok beroperasi secara mandiri. Ini menyebabkan kurangnya kontrol terpusat, sehingga sulit untuk memastikan kualitas secara keseluruhan.
- Keputusan Bisnis vs Keselamatan: Demi menekan biaya, Boeing memilih untuk tidak memasang beberapa fitur keselamatan sebagai standar, yang ironisnya bisa mencegah kecelakaan. Keputusan ini juga mempercepat proses sertifikasi pesawat.
- Kolaborasi yang Lemah: Pemasok dan mitra Boeing tidak cukup terintegrasi dalam proses desain, pengujian, dan validasi. Akibatnya, masalah yang muncul di tahap awal sulit terdeteksi sebelum produk sampai ke tangan konsumen.
Baca juga : Manfaat Predictive Analytics untuk Pengambilan Keputusan Supply Chain Management
Solusi untuk Memperbaiki Supply Chain
Untuk mencegah kegagalan serupa terjadi di masa depan, beberapa solusi penting perlu diterapkan:
- Manajemen Risiko yang Lebih Baik: Setiap elemen supply chain harus dipantau dengan teliti. Melakukan audit berkala dan menerapkan standar keselamatan yang lebih tinggi akan membantu mendeteksi potensi masalah lebih awal.
- Kolaborasi yang Lebih Kuat Antar Pemasok: Pemasok tidak boleh bekerja dalam isolasi. Mereka perlu berkomunikasi secara aktif untuk memastikan setiap komponen yang dihasilkan terintegrasi dengan baik.
- Pelatihan dan Pengawasan yang Ketat: Pelatihan bagi pilot maupun karyawan di supply chain harus diprioritaskan. Pemahaman tentang risiko dan cara mitigasinya akan membantu mengurangi potensi kegagalan di kemudian hari.
Baca juga : 7 Masalah Umum Manajemen Proses Bisnis dan Cara Mengatasinya
Prediksi Supply Chain Management 2025 yang Banyak Diadopsi Perusahaan Besar
Memasuki tahun 2025, perusahaan besar di seluruh dunia diprediksi akan menghadapi tantangan dan peluang baru dalam manajemen rantai pasok. Beberapa tren penting yang akan banyak diadopsi perusahaan besar meliputi:
- Pemanfaatan AI untuk Keputusan yang Lebih Cerdas
Artificial intelligence (AI) akan semakin digunakan untuk mengoptimalkan manajemen inventori, peramalan permintaan, dan perencanaan rantai pasok. Perusahaan akan mampu membuat keputusan lebih cepat dan akurat dengan data real-time, memungkinkan mereka untuk merespons perubahan pasar dengan lebih baik
- Blockchain untuk Transparansi dan Keamanan
Blockchain diproyeksikan menjadi kunci dalam meningkatkan transparansi, keamanan, dan keandalan rantai pasok. Teknologi ini akan mempermudah pelacakan produk dari titik asal hingga ke tangan konsumen, serta mengurangi risiko penipuan dan ketidakjujuran di sepanjang rantai.
- Keberlanjutan dan Supply Chain Hijau
Tekanan untuk mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan akan semakin meningkat. Perusahaan besar seperti Unilever dan Nestlé telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi jejak karbon dan beralih ke sumber energi terbarukan. Perusahaan lain juga akan mengikuti langkah ini dengan berfokus pada sumber daya yang berkelanjutan dan etis. - Penggunaan Digital Twins dan IoT
Digital twins, atau replika digital dari rantai pasok fisik, akan memungkinkan perusahaan untuk melakukan simulasi skenario dan strategi baru sebelum diimplementasikan. Bersamaan dengan itu, Internet of Things (IoT) akan menghubungkan berbagai elemen rantai pasok, meningkatkan efisiensi operasional dan komunikasi antar-pemasok.
- Automasi dan Robotika
Teknologi otomasi dan robotika akan mengambil peran yang lebih besar dalam rantai pasok. Ini termasuk penggunaan kendaraan otonom dan drone untuk mempercepat pengiriman serta mengurangi biaya logistik. Automasi ini juga akan berdampak pada pasar tenaga kerja, dengan perusahaan perlu merancang strategi untuk mengatasi disrupsi yang disebabkan oleh automasi
Perusahaan yang cepat beradaptasi dengan tren ini akan mampu bersaing di pasar global yang semakin kompleks dan dinamis. Layanan Training Supply Chain Management dari IPQI dapat membantu organisasi mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan peluang ini, dengan menyediakan pelatihan yang relevan dan terkini.
Baca juga : 7 Langkah Menuju Digitalisasi Proses Bisnis yang Efektif dan Efisien
Pelatihan Supply Chain Management untuk Solusi Jangka Panjang
Masalah yang dihadapi Boeing bukan hanya soal teknologi, tapi juga terkait pengelolaan rantai pasok yang kompleks. Untuk itu, pelatihan manajemen rantai pasok menjadi sangat penting bagi perusahaan di berbagai industri. Jika Anda tertarik mempelajari lebih dalam tentang bagaimana mengelola rantai pasok secara efektif, Training Supply Chain Management dari IPQI siap membantu Anda meningkatkan keterampilan dalam manajemen rantai pasok.