Sumur Resapan DKI Tanpa Kajian

Rate this post

Penentuan lokasi sumur resapan yang dibangun di sejumlah lokasi di Ibu Kota dinilai tanpa kajian yang jelas. Hal itu terbukti dari hasil sumur resapan yang dibuat tak berfungsi sesuai harapan. Fungsi awal sumur itu awalnya adalah mampu menahan air saat musim hujan seperti saat ini.

Hal itu ditegaskan Ahli Tata Air dari Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali, Koordinator Peta Hijau Jakarta Nirwono Joga, dan ketua Fraksi Partai Golkar DKI secara terpisah di Jakarta, Selasa (11/2).

Menurut Nirwono, tidak semua lokasi di Jakarta layak dibuat sumur resapan. “Membuat sumur resapan itu seharusnya memiliki kajian yang jelas. Kalau muka air tinggi sumur resapan tak akan berfungsi dengan baik,” katanya.

Lokasi di Jakarta yang layak dibuat sumur resapan, kata Nirwono, seperti di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur bagian Selatan. Sementara lokasi lainnya lebih baik dibuat bak penampungan yang tahan kedap air.

Sumur resapan yang baik harus memiliki muka air setidaknya 35 meter ke dalam tanah. Artinya, saat melakukan penggalian muka air harus dalam sebagai tempat penyerapan air.

Sementara sumur resapan yang dibangun Pemprov DKI tahun 2013 silam banyak terdapat di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Di Jakarta Pusat misalnya, ada di kawasan Jl Kebon Sirih yang muka airnya paling sekitar 3 meter.

Nirwono juga menegaskan, 40% daratan Jakarta ada di bawah permukaan air laut. Belum lagi kawasan setara atau sama tinggi dengan permukaan air laut serta daratan yang hanya dua sampai tiga meter di atas permukaaan air laut.

“Jadi, penentuan lokasi sumur resapan itu tidak mudah. Namanya juga sumur resapan ya kalau muka air tinggi kemana akhirnya air meresap? Prinsip sumur resapan itu sebenarnya tidak rumit,” katanya.

Hal senada juga dikemukakan Firdaus Ali. Dia mengatakan, sumur resapan tidak akan berguna bila berada di permukaan air dangkal.

“Membuat sumur resapan harus melihat karakteristik tanah terlebih dulu. Kalau tanahnya lebung dan muka air tinggi buat apa itu dibangun sumur resapan. Sebelum membuat sumur resapan harus terlebih dulu di mapping (dipetakan),” katanya.

Sementara Asraf Ali mengatakan, sumur resapan di Jakarta sangat penting manfaatnya. Namun, sesuai tinjauan dan pandangan para ahli, penempatan sumur resapan harus sesuai lokasi. Asraf bahkan mendesak Pemprov DKI untuk memasyarakatkan sumur resapan di lingkungan mereka.

“Buat sumur resapan itu saya kira tidak mahal. Paling sekitar Rp 2 sampai Rp 3 juta per titik. Masyarakat pasti bisa buat sendiri itu sumur resapan,” katanya.

Sejak 2013 lalu, Pemprov DKI telah menyelesaikan sumur resapan sebanyak 1.507 titik dengan anggaran yang terserap Rp 130 miliar. Jumlah itu kurang dari target 1.950 dari yang direncanakan.

Menurut Pakar Tata Air Institut Teknologi Bandung Indratmo, prinsip sumur resapan agar dapat bekerja baik kalau memenuhi dua persaratan. Pertama muka air tanah harus dalam dan harus melihat karakteristik tanah.

Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta Andi Baso menegaskan, sumur resapan seharga Rp 80 juta per titik tidak terlalu mahal. Terkait dengan lokasi sumur resapan, Andi Baso belum bisa memberikan peta lokasi sumur yang dibangun selama 2013 karena masih dalam tahap rekapitulasi.

 

 

Sumber: beritasatu.com

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?