MSA (Measurement System Analysis)

5/5 - (5 votes)
Pertanyaan umum perihal Measurement System Analysis (MSA):
  • Bagaimana memilih alat ukur dengan ketelitian yang tepat. Spesifikasi meminta 1 digit, maka alat ukur harus mempunyai ketelitian 1+1 digit. Ini disebut juga dengan analisa diskriminasi alat ukur.
  • Bagaimana memastikan alat ukur bisa memberikan hasil ukur yang benar sebelum digunakan. Misalnya dengan kalibrasi, analisa bias & linerity.
  • Bagaimana memastikan operator bisa menggunakan alat ukur dengan benar. Mulai dari cara pakai, cara setting dan menentukan titik yang harus diukur. Jadi MSA juga mencakup sistem training penggunaan alat ukur.
  • Bagimana melakukan perawatan alat ukur untuk memastikan alat ukur selalu dalam kondisi siap digunakan, misalnya tulisan atau garis-garis bantu tidak aus atau terkelupas, setting awal selalu dimulai dari nol, dsb.
  • Bagimana melakukan sistem kalibrasi dan analisa alat ukur secara berkala.
MSA atau Measurement System Analysis adalah suatu analisa sistem pengukuran yang dimulai dari identifikasi karakteristik yang akan diukur dibandingkan dengan spesifikasi, pemilihan jenis alat ukur yang tepat, analisa ketepatan alat ukur, proses pengukuran, analisa hasil pengukuran sampai sistem preventive maintenance alat ukur. Sesuai dengan definisi ini, MSA ditujukan untuk memastikan bahwa suatu sistem pengukuran dapat memberikan hasil pengukuran (dan interpretasinya) sesuai dengan spesifikasi  customer.
Analogi sederhananya seperti ini. Misalkan kita memproduksi botol plastik seperti botol air minum mineral. Sebelum memproduksi, sudah pasti kita mempunyai serangkaian ukuran atau spesifikasi dari botol tersebut. Spesifikasi ini bisa kita dapatkan dari customer atau kita tentukan sendiri dengan mempertimbangkan keinginan pasar dan kebutuhan produk. Kemudian spesifikasi ini kita tuangkan dalam serangkaian parameter proses sehingga mesin kita bisa menghasilkan botol plastik sesuai ukuran atau spesifikasi yang ditentukan tadi.
Tetapi seberapa kita yakin bahwa mesin sudah menghasilkan botol sesuai spesifikasi? Misalkan untuk ukuran dimensi botol? Untuk lebih meyakinkan biasanya kita melakukan pengukuran. Kita gunakan alat bantu atau biasa disebut alat ukur. Pertanyaannya alat ukur seperti apa yang akan kita pakai? Kalau saya tanyakan itu ke anak saya yang baru berumur 3 tahun, dengan cepat dia akan menjawab penggaris atau “itu yang buat ukur lemari”.
Maksudnya meteran atau roll meter yang biasa kami pakai di rumah. Kalau saya tanyakan ke operator, biasanya operator yang sudah cukup punya latar belakang pabrik akan menjawab “kaliper“, suatu bentuk penggaris yang hulu dan hilir sisi terukurnya bisa dipastikan lebih baik daripada penggaris. Ketelitiannya pun jauh lebih baik daripada roll meter. Dengan kaliper kita bisa mengukur diameter botol bagian luar, diameter botol bagian dalam, tinggi botol, bahkan ukuran tutup botol. Yang pasti kita mengukur sesuai spesifikasi yang ditentukan.
Bila spesifikasi menyebutkan diameter luar dan tidak begitu mementingkan diameter dalam asalkan volume botol tetap, maka yang kita  lakukan adalah mengukur diameter luar.

 

Baca juga: 9 Langkah Kalibrasi Dimensi Untuk Industri Halal

Umumnya hasil pengukuran botol plastik tersebut akan sesuai atau berada dalam range spesifikasi selama mesin sudah kita setting sesuai spesifikasi. Akan tetapi kadangkala ada hasil ukur diluar batas spesifikasi yang ditentukan. Misalkan diameter luar botol yang diinginkan adalah 5.10 – 5.50 cm, tetapi ada beberapa botol plastik yang diameternya 5.6 cm, 5.7 cm, bahkan 5.8 cm.
Apa yang salah?? Biasanya kita menjadi ragu dengan hasil pengukuran. Betul nggak cara ukurnya? Kalipernya betul dimulai dari nol? Atau bagian yang diukur salah? Harusnya sebelah atas botol, tetapi yang diukur bagian dasar botol?
Nah, mau tidak mau kita harus menganalisa dulu sebelum botol plastik kita kirim ke customer, daripada nanti mendapat komplain. Kalau kita bicara cara ukur, artinya kita harus tahu apakah si operator yang mengukur sudah mengerti cara pakai kaliper, bagaimana dia harus memastikan kaliper dimulai dari angka nol, dan titik yang diukur sudah benar.
Lebih jauh lagi kita juga harus memastikan apakah kaliper yang dipakai sudah benar, artinya tidak rusak, tidak macet atau terlalu longgar, angka-angka pada kaliper bisa terbaca dengan jelas, dan bisa menghasilkan ukuran yang benar. Misalkan benda yang jelas ukurannya 5.25 cm, bila diukur dengan kaliper tersebut betul menghasilkan ukuran 5.25 cm tepat.
Ini bisa kita ketahui melalui proses kalibrasi kaliper, yaitu membandingkan kaliper yang kita gunakan dengan benda lain yang sudah diketahui dengan pasti ukurannya. Kalibrasi biasanya dilakukan oleh badan kalibrasi atau yang sudah mempunyai keahlian kalibrasi. Selain kalibrasi ada serangkaian teknik yang bisa digunakan, misalnya analisa bias dan linearity.
Hal yang lebih penting lagi adalah apakah kaliper mempunyai ketelitian yang sama dengan spesifikasi. Dia atas saya contohkan sebuah spesifikasi 5.10 – 5.50 cm, artinya 2 digit angka dibelakang koma. Sedangkan hasil ukur yang salah tadi adalah 5.6 cm, 5.7 cm dan 5.8 cm. Artinya hanya memberikan 1 digit angka di belakang koma. Ini tidak konsisten. Artinya kita salah memilih jenis ketelitian kaliper.
Bila spesifikasi meminta 2 digit dibelakang koma, maka kita harus memakai alat ukur yang minimal bisa menghasilkan 2 digit angka dibelakang koma. Akan lebih baik lagi bila alat ukur kita mampu menghasilkan ukuran dengan 2+1 digit dibelakang koma. Artinya alat ukur kita lebih teliti dari spesifikasi. Ini yang diminta oleh banyak customer, apalagi kalau parameter yang diukur sangat kritikal.
Itu tadi contoh bila ternyata hasil ukur kita berbeda dengan spesifikasi.
Bila hasil ukur sesuai spesifikasi, maka kita umumnya menganggap tidak ada masalah. Artinya botol plastik yang kita buat sudah sesuai keinginan customer. Tetapi tidak tertutup kemungkinan tiba-tiba kita mendapat komplain dari customer mengenai dimensi ini. Entah diameter kekecilan atau tinggi botol kelebihan. Wah kalau sudah begitu, si bos biasanya hanya marah besar, padahal kita sedang pusing 7  keliling memikirkan kenapa ini bisa terjadi. Dengan marahnya si bos, pusingnya jadi bertambah 10 keliling.
Dari kacamata sistem pengukuran, hal ini bisa saja terjadi akibat adanya penyimpangan alat ukur atau sistem pengukuran setelah sekian lama digunakan. Oleh karena itu alat ukur tetap perlu dikalibrasi & dianalisa secara berkala untuk memastikan kompetensinya. Nah, semua kegiatan inilah yang disebut sebagai Measurement System Analysis.Kalau saya simpulkan dari analogi sederhana ini, MSA mencakup hal-hal berikut.
Teknik-teknik yang digunakan ada cukup banyak, yang cukup sederhana adalah analisa bias. Ada juga yang cukup kompleks seperti analisa repeatability & reproducibility. Semoga tulisan ini sudah bisa memberikan pengertian dasar mengenai apa itu MSA.

Pelatihan Measurement System Analysis Terbaru
Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?