Ketersediaan laboratorium kalibrasi yang telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) di Indonesia masih sangat terbatas. Padahal jumlah industri di Indonesia sangat banyak.
Kabid Akreditasi Laboratorium Kalibrasi KAN, Sugeng Raharjo mengatakan, saat ini hanya ada 183 laboratorium kalibrasi yang telah memperoleh akreditasi dari KAN. Padahal jumlah industri yang memerlukan pengujian kalibrasi dari laboratorium sangat banyak.
“Jika dilihat kebutuhan, masih kurang. Untuk melayani industri dengan 183 laboratorium penguji, perbandingannya sangat kecil,” kata Sugeng saat penyerahan sertifikat akreditasi kepada Laboratorium Kalibrasi PPSDMK, Jumat (7/2).
Terlebih menurutnya laboratorium yang berada di luar pulau Jawa, jumlahnya sangat sedikit. Dari 183 laboratorium pengujian kalibrasi yang telah bersertifikat, 80 persennya ada di Pulau Jawa, sisa yang 20% lagi di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Kurangnya jumlah laboratorium kalibrasi di luar Pulau Jawa tersebut, membuat berbagai industri yang membutuhkan pengujian peralatan pabriknya dari laboratorium kalibrasi kerap meminta pengujian dari laboratorium di Pulau Jawa meski dengan biaya yang cukup besar. “Salah satu syarat perusahaan jika ingin diberi ISO 91, peralatannya harus dikalibrasi,” ujarnya.
Dengan melakukan kalibrasi, maka produk yang dihasilkan oleh industri akan lebih terjamin sebab peralatan yang dimiliki akan lebih akurat pengukurannya. Dicontohkannya, sebuah pabrik makanan, akan komposisi yang terkandung dalam produknya akan lebih tepat ketika dikalibrasi. “Kalau sudah dikalibrasi,dijamin lebih tepat. Ketika produk diekspor, akan lebih bagus kualitasnya,” kata dia.
Sumber: kabarcerah.com
