Kualitas Udara Kelud Terus Dipantau

Rate this post

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengaku terus memantau kualitas udara di sejumlah wilayah terdampak pascaerupsi Gunungapi Kelud, Kediri, Jawa Timur.

Menjelang sepekan pascaerupsi, kualitas udara di wilayah terpapar  mulai berangsur pulih.

Namun, kondisi ini tetap membutuhkan kewaspadaan masyarakat. Ukuran abu vulkanik yang mencapai ukuran mikron masih tetap berbahaya bagi kesehatan.

Penggunaan masker penting dilakukan, asupan bahan makanan pun harus kaya protein dan susu.

Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH Henry Bastaman mengatakan KLH bersama dengan sejumlah sektor seperti Kementerian Kesehatan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika serta Pemerintah Daerah bahu-membahu memantau kualitas udara pascaerupsi Kelud.

Pemantauan tersebut dilakukan di sejumlah wilayah seperti Surabaya, Semarang, Kediri, Madiun, Yogyakarta dan sejumlah wilayah terpapar lainnya.

“Kecenderungan yang terlihat dari pengamatan terbaru, ada kecenderungan menurunnya kualitas udara yang buruk, artinya kualitas udara terus membaik. Tetapi masih ada yang belum bersih,” katanya di Jakarta, Senin malam.

Di daerah 10 kilometer radius aman dan dekat kawasan puncak Kelud, tentu kualitas udara masih buruk. Untuk itu KLH terus memantau kualitas udara dengan konsentrasi PM-10 dan PM-2,5 dimana ukuran partikel abu vulkanik dalam ukuran mikron yang sangat kecil dan berbahaya bagi kesehatan jika masuk ke jaringan paru-paru.

Dengan adanya hasil pengamatan lanjut Henry menjadi antisipasi daerah terpapar. Kementerian Kesehatan pun akan menindaklanjuti secara kesehatan.

Oleh karena itu, masker harus digunakan untuk mencegah terhirupnya partikel abu vulkanik. Namun jika sudah terlanjur terhirup tambah Henry untuk mengurangi banyaknya konsentrasi paparan harus banyak minum susu dan mengkonsumsi makanan yang tinggi protein.

Sementara itu, jika akan mengkonsumsi buah atau sayuran yang terpapar debu, tak perlu panik. Mencucinya dengan bersih membuat buah dan sayuran tersebut aman untuk dikonsumsi.

“Dengan adanya hasil pengamatan bisa menjadi bahan masukan di daerah pengungsi sumbangan makanan harus banyak susu, kacang hijau supaya konsentrasi partikel yang terhirup cepat larut,” paparnya.

Baku Mutu

Selain itu, pascaerupsi badan sungai dan sumur juga rentan paparan dan terekspos abu vulkanik. Sehingga tingkat kebersihan pun terganggu. Namun dari hasil pengamatan sejauh ini kualitas air belum melewati baku mutu.

Particulate matter (PM) adalah istilah untuk partikel padat atau cair yang ditemukan di udara. Partikel dengan ukuran besar atau cukup gelap dapat dilihat sebagai jelaga atau asap.

Sedangkan partikel yang sangat kecil dapat dilihat dengan mikroskop electron. Partikel berasal dari berbagai sumber baik mobile dan stasioner diesel truk, woodstoves, pembangkit listrik dan lainnya, sehingga sifat kimia dan fisika partikel sangat bervariasi.

Partikel dapat langsung diemisika atau terbentuk di atmosfer saat polutan gas seperti SO2 dan NOx bereaksi membentuk partikel halus. PM-10 standar merupakan partikel kecil yang bertanggung jawab untuk efek kesehatan yang merugikan karena kemampuannya untuk mencapai daerah yang lebih dalam pada saluran pernapasan.

PM-10 termasuk partikel dengan diameter 10 mikrometer atau kurang. Standar kesehatan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 untuk PM-10 adalah 150 µg/Nm3 (24 jam).

Efek utama bagi kesehatan manusia dari paparan PM-10 meliputi efek pada pernapasan dan sistem pernapasan, kerusakan jaringan paru-paru, kanker, dan kematian dini.

Orang tua, anak-anak, dan orang-orang dengan penyakit paru-paru kronis, influenza, atau asma, sangat sensitif terhadap efek partikel. PM-10 yang asam juga dapat merusak bahan buatan manusia dan merupakan penyebab utama berkurangnya jarak pandang.

Sementara itu Kepala Pusat Teknologi Keselamatan Meteorologi dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional Susetyo Trijoko mengungkapkan sejauh ini tidak ada laporan material erupsi Kelud mengandung radioaktif dan radiasi.

Menurutnya, seluruh material di alam ini memang mengandung unsur radioaktif alamiah yang kadarnya aman bagi manusia. Bahkan radioaktif alamiah ini bisa dimanfaatkan seperti pengayaan uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir, Argentina pun sudah melakukannya.

“Batuan pun bergantung jenisnya ada yang mengandung radioaktif alami dan ada yang tidak. Material erupsi gunung api pun bergantung magmanya, radioaktif alamiahnya pun berbeda-beda,” ucapnya.

 

 

 

 

Sumber: suarapembaruan.com

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?