JAKARTA — Percepatan pembangunan infrastruktur yang membutuhkan semen dinilai mengancam kelestarian kawasan karst atau batu kapur yang merupakan bahan baku untuk semen.
Hal itu merupakan kesimpulan Konsolidasi Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) khusus untuk para pegiat kelestarian kawasan karst. Pertemuan itu dilakukan di Gowa, Sulawesi Selatan pada 8-10 Januari.
Pertemuan itu mengungkapkan kawasan ekosistem karst semakin terancam dengan kebijakan ekonomi pemerintah, salah satunya kebijakan yang mengedepankan pembangunan infrastruktur. Asmar Exwar, Direktur Walhi Sulawesi Selatan mengatakan dugaan lainnya adalah justru kapasitas produksi semen melebihi kebutuhan sehingga produksi itu hanya untuk kepentingan pasar internasional.
“Pesatnya laju tambang industri semen jelas mengancam keberadaan kawasan ekosistem karst yang selama ini menjadi salah satu sumber kehidupan karena fungsi ekologi dan hidrologinya,” kata Asmar dalam rilis bersama, Senin (11/1/2015).
Oleh karena itu, sambungnya, tingginya ancaman ekosistem karst memerlukan kebijakan perlindungan dari pemerintah. Tak hanya untuk semen, paparnya, karst juga dibutuhkan untuk industri non-semen macama marmer, pupuk dan bahan untuk kosmetik.
Di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Pati, Rembang, Wonogiri dan Kebumen, sebagian masyarakat sedang melawan usaha industri eksploitasi tambang semen. Muhnur Satyahaprabu, Manager Hukum Eksekutif Nasional WALHI menyayangkan kebijakan tata kelola karst sampai saat ini tidak konsisten.
“Regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah terlalu permisif, dengan memberikan begitu banyak izin industri pertambangan di ekosistem karst,” paparnya.
sumber: industri.bisnis.com
