Industri Pengolahan Beras Butuh Dukungan

Rate this post

SOLO – Peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Djoko Said Damardjati mengatakan pengembangan industri pengolahan beras memerlukan dukungan karena akan mendorong peningkatan daya saing produk makanan pokok masyarakat Indonesia itu.

“Makanya ini mesti didorong supaya pengolahan beras ke depan bisa mencapai standar kualitas yang berani bersaing,” kata Djoko Said DamardjatiDjoko dalam diskusi di Solo, Selasa (5/11/2014) malam.

Menurut profesor riset lulusan Institut Pertanian Bogor itu, hingga saat ini mayoritas beras Indonesia masih dijual sebagai komoditas. Konsumen sendiri masih banyak yang belum teredukasi tentang mutu beras dan manfaatnya bagi kesehatan.

Padahal, lanjut Djoko, produk pangan seperti beras lokal akan mendapat tantangan besar memasuki era pasar bebas nanti. Hal itu, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana pemerintah masih melindungi produk beras dari serbuan impor.

“Tapi sebentar lagi kan tidak bisa (dilindungi) karena kita mau masuk pasar bebas. Ini yang harus kita dorong agar bisa berdaya saing. Hal itu bisa dimotori oleh industri besar. Dengan terus meningkatkan pemahaman atas kualitas kepada konsumen, permintaan nanti akan lebih tinggi sehingga produsen bisa terus perbaiki kualitas produknya,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Beras PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food, Chris Oey mengatakan pihaknya kini mulai melakukan terobosan dengan mengemas beras dalam kemasan premium yang punya kualitas baik.

“Tadinya, kami menjual dalam bentuk komoditas. Jadi saat keluar dari pabrik, kami tidak bisa cek kualitasnya apakah nanti dicampur atau mengalami proses lain. Makanya sekarang kami bangun beras bermerk,” katanya.

Menurut Chris, meski menjadi salah satu kebutuhan pangan pokok masyarakat Indonesia, banyak konsumen yang masih asal memilih beras.

Sebagai upaya pemasaran, produsen beras dengan merek Cap Ayam Jago itu juga terus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait kualitas beras yang baik.

“Pangsa pasar beras di Indonesia sangat besar karena angka konsumsi beras per kapita per tahunnya mencapai 110 kilogram hingga 130 kilogram. Dikalikan jumlah penduduknya, bisa sampai 3 juta ton per bulan,” ujarnya.

Perusahaan yang terus menambah kapasitas produksi dengan membangun pabrik beras di Sragen, Jawa Tengah, pertengahan 2014 itu diharapkan bisa terus tumbuh dengan persentase dua hingga tiga digit.

“Target kami besar karena sekarang yang besar di pasaran itu jumlahnya yang curah. Mereka juga jadi kompetitor kami walaupun sasaran kami adalah kelas menengah ke atas,” katanya.

Hingga saat ini, perusahaan tersebut telah memiliki tiga pabrik beras dengan total kapasitas produksi mencapai 40.000 ton per bulan. Kendati demikian, mayoritas hasil produksinya masih menjadi produk komoditas.

Walaupun tidak punya lahan pertanian sendiri, perusahaan induk usaha itu melakukan kerja sama dengan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dengan cara membeli gabah kering panen (GKP) dari petani langsung.

Selain membantu petani dengan memfasilitasi sarana produksi pertanian untuk menjaga kualitas produksi, perusahaan juga berkomitmen untuk membantu petani dengan membeli gabah di atas harga pasar.

Sumber: bisnis.com

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?