Ekspor Karet Harus Diperkuat

PQ News
Rate this post

JAKARTA – Indonesia berpeluang memberikan nilai tambah ekspor sejumlah komoditas pertanian ke Amerika Serikat. Beberapa komoditas pertanian andalan yang kinerja ekspornya tinggi adalah karet, tekstil dan produk tekstil, elektronik, alas kaki, kakao, dan kelapa sawit.

“Yang paling menarik itu adalah karet dan dan turunannya maka industri untuk komoditas ini mesti diperkuat,” kata pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Direktur Komersial dan Bisnis Bank Mandiri Sunarso beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, komoditas utama ekpsor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada periode Januari hingga Agustus 2014, yakni karet dengan persentasi 13,9 persen, disusul tekstil sebesar 12,4 persen. Penguatan di komoditas tersebut menjadi penting di tengah momen penguatan ekonomi AS agar tidak kalah bersaing dengan Singapura yang saat ini menjadi eksportir karet terbesar di dunia.

Tidak boleh kalah saing, kata dia, sebab Indonesia memiliki pohon karet sementara Singapura tidak. Ekspor karet Singapura karena mereka sebelumnya telah mengumpulkan komoditas tersebut dari Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Dipaparkannya, di ranah domestik, karet sempat berada pada posisi paling tinggi, yakni 0,76 dolar per kg. kemudian pascadibentuk konsorsium tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand, lantas melakukan pengaturan harga, perlahan harga karet menanjak hingga 1 dolar per kg. “Petani pun bersorak senang,” katanya.

Alasannya, komoditas karet merdeka dari cengkraman buyer. Harga karet bahkan sempat mencapai lima dolar per kg. Petani yang senang disebabkan struktur industri karet memberikan keuntungan langsung kepada petani atau rakyat yang jumlahnya 85 persen. Sisanya, pemerintah dan swasta hanya memegang 15 persen dari pengelolaan industri karet.

“Sehingga, jika harga karet jatuh, petani karet yang notabene rakyat sejumlah lima juta KK yang akan sangat terpukul,” tuturnya. Di sinilah, kata dia, pentingnya memperkuat industri karet karena ia menyangkut hajat hidup rakyat banyak. Lagi pula, peluang memperkuat industri ini terbuka lebar.

Terlebih kekuatan konsorsium telah terkikis karena Cina sebagai pembeli utama karet telah mulai merintis penanaman dan pembelian karet dari negara tetangganya, seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja. Penanaman dimulai sejak 2005 dan selang sembilan tahun, mereka sudah bisa panen dan melakukan jual beli.

 

 

 

 

Sumber: republika.co.id

Spread the love
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Oh no...This form doesn't exist. Head back to the manage forms page and select a different form.
Need Help?